Mohon tunggu...
Ira AyuAnanda
Ira AyuAnanda Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswa Kesehatan

tempat portofolio mahasiswa gabut

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Fenomena Fatherless Country

20 Maret 2024   20:14 Diperbarui: 20 Maret 2024   20:14 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era modern ini, fenomena keluarga tanpa ayah menjadi semakin meresahkan. Istilah "fatherless country" telah menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Fenomena ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dampaknya terhadap perkembangan anak-anak hingga implikasinya terhadap struktur sosial suatu negara. Mari kita telusuri lebih dalam tentang fenomena ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya "fatherless country" sangatlah kompleks. Salah satu faktor utama adalah meningkatnya tingkat perceraian di berbagai belahan dunia. Perceraian yang berujung pada pemisahan keluarga sering kali meninggalkan anak-anak dalam situasi dimana mereka tidak memiliki figur ayah yang stabil dalam kehidupan mereka. Selain itu, angka kejahatan dan penyalahgunaan narkoba juga sering dikaitkan dengan keberadaan keluarga tanpa ayah. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku negatif tersebut.

Fenomena "fatherless country" tidak hanya memiliki dampak ekonomi, tetapi juga sosial dan psikologis. Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat, memiliki masalah kepercayaan diri, dan mungkin merasa kurangnya pemahaman akan peran ayah dalam kehidupan mereka.

Untuk mengatasi fenomena "fatherless country", diperlukan upaya lintas sektor yang terkoordinasi. Pendidikan mengenai pentingnya peran ayah dalam keluarga dan masyarakat dapat dimulai sejak dini, baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun melalui program-program sosialisasi di masyarakat. Selain itu, dukungan psikologis dan sosial juga diperlukan bagi keluarga-keluarga yang terkena dampak perceraian atau kematian ayah. Program-program yang mendukung peran ayah dalam keluarga juga harus didorong dan didukung oleh pemerintah dan lembaga-lembaga terkait.

Fenomena "fatherless country" merupakan tantangan kompleks yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Dengan kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga dan masyarakat, serta dengan upaya-upaya yang terkoordinasi untuk mendukung keluarga-keluarga yang terkena dampaknya, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari fenomena ini dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun