Keesokan harinya Abdulah kedatangan Paiman yang sekembali dari pencarian nama dan alamat yang tercantum di kartu nama Herman., dan dengan usahanya yang tidak mudah, ahkirnya berhasil.Â
Tetapi untuk lebih pastinya lagi, harus menemukan dan memastikan keadaan Bapak/Ayah - nya sekarang, untuk menjadi saksi .bahwa mereka berdua (Paiman dan Nurman) adalah saudara kembar putranya. Namun ada beberapa pertanyaan besar dalam hati dan pikirannya; dimana dan masih hidup atau meninggal Ayah nya tersebut
Setelah diterimanya Paiman di ruang tamu oleh tuan rumahnya, dia membicarakan bahwa maksud dan tujuan kedatangannya tidaklah sendirian tetapi di barengi oleh keluarga Herman yang nanti mengendarai mobil yang dikemudikan saudara kembarnya (Nurman) yang selisih keberangkatannya +/- satu jam.
Abdulah mendengar perkataan Paiman(saudara kembar) ia tersenyum.Â
Tidak lama kemudian datanglah keluarga Herman lalu diperkenalkan oleh Paiman kepada keluarga Abdulah beserta kedua anaknya putra putri yang kebetulan tidak sedang kuliah dan sebaliknya juga begitu.
Dan Abdulah berbisik kepada anaknya yang laki-laki untuk memanggil pak Somad yang masih berada di kebun.
Datanglah pak Somad, dia sudah bersih dan ganti baju, begitu masuk ke ruangan tamu dan terlihat anak dua laki-laki yang wajahnya mirip sama, lalu jalannya mulai sempoyongan dan jatuh tergeletak alias pingsan, kemudian Abdulah dan anak laki-laki mendekatinya kemudian anak perempuannya mengasihkan air putih.Â
La la la jangan tidur disini pak . . (teriak Abdulah, setengah bergurau)
Para tamunya heran, kenapa pak Bun nya pingsan apa sakit ?Â
Dan setelah sadar Somad mendekati kedua anak laki-lakinya lalu di rangkulnya sambil menangis, para tamu tambah heran (ada apa ini?), tetapi Abdulah senang dan gembira parsaan hatinya.
Suasana sudah tenang dan Somad tidak mau jauh dari kedua anak nya kenudianÂ