Semalam disimpang lima tumpang
(Seri Diskusi Mblarah #7)
Ditulis oleh : eko irawan
Hujan masih saja mendekap erat tubuh ini. Dingin. Saat lapar memberi sinyal tentang permintaan makan. Meronta ronta hingga mberot perut ini. Janganlah egois, walau menolak makan, tapi tubuh ini butuh asupan.
Dan tetap jalan menerjang hujan. Mencari menu makan yang cocok di lidah. Berbasah ria jalani wisata kuliner ala kampung tumpang. Bermotor dari tugu pahlawan, hingga pasar. Akhirnya terhenti di menu nasi goreng. Sebuah kisah Mblarah tentang Semalam di simpang lima tumpang.
Simpang lima ada di tumpang ?
Bicara simpang lima kalau di Jawa Timur akan tertuju ke Simpang lima Gumul kediri. Serasa hadir mengunjungi Arc de Triomphe. Itulah landmark dari Kabupaten Kediri. Sebuah kota kabupaten yang menurut prasasti Harijing A, kabupaten Kediri mecanangkan hari jadinya pada 11 uklapaka Caitramasa tahun 726 saka atau bila dikonversi menjadi kalender Masehi sama dengan tanggal 25 Maret 804. Prasasti tersebut mengisahkan tokoh bernama Bhagawanta Bari dari Wulanggi atau Culanggi  yang membuat bendungan untuk mengatasi banjir di wilayahnya. Pada Tahun 804 ternyata sudah ada seorang pemimpin di wilayah Kediri yang berwawasan lingkungan dan berupaya atasi banjir dengan membuat sebuah bendungan. Keren bukan?
Simpang lima yang lain kalau di Jawa Tengah ada di Semarang. Yang pernah ke sana pasti menengok acara CFD simpang lima dengan aneka kuliner nya. Yang paling ramai dikunjungi antara lain adalah menu tahu gimbal.
Dan di desa Tumpang, tepatnya di dukuh Njago ternyata juga ada simpang lima lho. Proliman Njago bisa jadi destinasi wisata karena disitulah jalan menuju candi Jajaghu atau warga sekitar menyebutnya candi Jago dan dibawahnya ada lokasi de forest yang jadi jujugan transit wisatawan saat hendak pergi ke Bromo Tengger dan Semeru. Ada apa di Proliman Njago ? Kalo pagi jadi destinasi para pedagang bakso dan aneka kuliner berbahan dasar daging karena disana ada pengusaha gilingan yang siap membantu proses gilingnya.
Bagaimana kalau malam ? Jika diatas jam 21.00 dan sudah hujan sejak sore, maka satu satunya destinasi kuliner yang ada  tinggal penjual nasi goreng gerobak dorong yang mangkal di Proliman tersebut. Kok lupa nanya nama mas nya siapa, yang jelas orangnya ramah banget. Jadi asyik banget saat diajak diskusi Mblarah. Sembari goreng bercerita ngalor ngidul. Malam itu serasa gayeng sekalipun saya sendiri pembelinya. Nasi goreng Proliman tumpang ini serasa khas dan enak banget. Sebuah menu nasi goreng khas Jawa. Sayang saya tidak begitu paham soal kuliner, jadi tak begitu mampu membahas hal hal berbau kuliner. Yang penting, enak.
Memetik Kisah dari Malam itu
Saat Abang nasi goreng tengah asyik menggoreng nasi pesanan saya, lewatlah seorang bapak yang sudah sepuh, tapi malam itu tampak tetap semangat mendorong dagangannya. Seharusnya dia sudah pensiun, tapi dimalam disapu hujan beliau tetap semangat menjaring rejeki. Semoga laris. Tentu beliau tetap punya cita cita. Apa yang terlihat sekarang, kadang kita bisa salah tafsir.