Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temukan Berani Hidup ala Albert Camus (Seri Diskusi Mblarah #5)

2 Desember 2024   09:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Diskusi Mblarah #5 foto diolah dengan lumii dan snapsheed

Beberapa tahun berlalu dan pada akhirnya dia selalu rutin kirim melalui Massage Facebook sebuah keluhan tentang permohonan bantuan, khususnya hal keuangan. Lucu bukan ? Dahulu dia selalu menghina saya dengan mengatakan banci, sekarang yang jadi banci siapa ? Ternyata orang orang yang dahulu mengatakan saya banci, ternyata sekarang lebih banci dari para banci yang sesungguhnya.
Bullying kata banci emang muncul di tahun 90an yang menggambarkan anak laki laki yang menolak bergabung dengan kebakalan remaja waktu itu. Masa masa tawur antar geng dan minum minuman keras jadi simbul lelaki, yang tidak ikut dianggap penakut dan sikap tidak berani nakal itu dicap jadi banci.

Berani hidup dengan prinsip tidak ikut hanyut dengan sesuatu yang dianggap merugikan adalah sikap berani hidup. Prinsip ini harus dipertahankan untuk memberi bukti bahwa apa yang dihinakan adalah salah. Tentu itu hak mereka. Saya tak membenci pilihan hidup mereka yang merdeka. Yang saya butuhkan adalah solusi lebih berani hidup. Bagaimana dengan Anda ? Tentu tiap orang punya cara sendiri sendiri untuk berani hidup. Selamat telah lebih berani hidup karena dalam tuntunan agama apapun, yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri tetap cara yang tidak dianjurkan.

Takut kok dipelihara

Ketakutan adalah kewajaran yang bisa terjadi dan dialami siapapun. Takut itu bermacam macam. Albert Camus menjawab hal ini dengan quote sbb :

"Mereka yang tidak memiliki Keberanian, akan selalu menemukan filosofi untuk membenarkan Ketakutannya."

Iya, banyak orang menemukan filosofi yang menurut saya sangat koplak dan bodoh untuk membenarkan Ketakutannya. Mereka membenarkan sikap iri dengki hingga menebar kisah hoax untuk menunjukan sikap kepahlawanan yang sangat kesiangan dan tidak bermutu. Sungguh hal tersebut merupakan cara bobrok yang tidak berkualitas untuk mem bully orang orang disekitarnya.

Ketakutan akan hilangnya eksistensi dan ketokohan dirinya membuat dia bersikap seperti itu. Saya jadi paham, itulah filosofi untuk membenarkan Ketakutannya. Apakah itu bermanfaat ? Tentu cara tersebut merugikan orang lain. Takut kok dipelihara, saatnya berani berubah tapi tanpa merugikan orang lain, ataupun merugikan diri sendiri dengan bunuh diri. Jadilah manusia pembelajar yang berjiwa manusia penggerak. Tema tentang ini akan saya tulis didalam artikel selanjutnya.

Kapan bahagia ?

Sambil ngopi dan diskusi Mblarah ini ternyata lebih asyik. Pertanyaannya dengan kondisi dunia yang semakin ribet ruwet, terus kapan Bahagia ? Berani hidup yang bagaimana yang bisa bertahan ? Sudah berjuang hingga siang malam tiada henti. Kembali mengutip pemikiran Albert Camus sbb :

"kau tak akan pernah bahagia, jika terus mencari unsur unsur Kebahagiaan.
Kau tak akan pernah hidup, jika terus mencari makna hidup"

Betul. Jika terus dicari maka standar kualitas yang diketemukan tidak akan mencapai derajat ideal. Selalu kurang dan kurang terus. Cara bahagia adalah jangan lupakan bersyukur atas segala yang telah kau raih hingga hari ini. Nikmati apa yang ada, berhenti sejenak untuk evaluasi diri dan tetap semangat berani hidup dengan ikhlas dan bersyukur. Motor matic saja akan rem blong setelah alami perjalanan turun naik yang ekstrim. Solusinya berhenti hingga mekanisme rem kembali berfungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun