Walimahan, Musim Buwuh dan Hutang
(Seri Diskusi Mblarah #2)
Ditulis oleh Eko Irawan
Musim Buwuh dalam adat Jawa hadir dalam hari dan bulan tertentu yang dianggap baik untuk mengadakan Walimahan. "Ngelu Cak, Akeh buwuhan!" Keluh Sam Udik membuka diskusi Mblarah senja itu. Yang Mblarah diskusinya apa buwuhannya ?
Buwuh di acara walimahan seolah jadi ladang bisnis. Yang paling ekstrim, amplop buwuhan isi uang ini dibuka didepan kita dan dicatat nama dan nominal uangnya. Buwuh Seolah punya hutang yang harus dikembalikan. Ada sikap yang tak enak saat buwuhan kita tak sesuai harapan. Memang tak semua daerah memakai adat ekstrim seperti itu.Namun Karena hari dan bulan baiknya sama, maka acara buwuhan di waktu tersebut jadi banyak undangan ke sana ke mari. Ini yang bikin pusing mendadak karena tak semua orang punya anggaran berlapis. Apalagi yang walimahan tetangga dekat. Sekarang disitu. Besok dua rumah dari situ. Lusa tetangganya. Ini jelas bikin pusing, Soalnya kita saling kenal baik. Terus bagaimana solusinya ?
Lomba Horeg saingan wah
Walimahan adalah pesta pernikahan yang disyariatkan dalam Agama. Tentunya sebagai bentuk syukur karena dimudahkannya melangkah untuk keberlangsungan pernikahan. Acara walimahan seharusnya sakral, sederhana tidak masalah yang terpenting perhelatan nikah sesuai syari'at agama dan Sah menuju keluarga Sakinah, mawadah warahmah. Lebih baik memikirkan kehidupan setelah menikah dari pada jadi raja dan ratu sehari saja, namun hari hari setelahnya jadi puyeng.
Walimahan yang super wah apakah harus ? Kemauan pengantinnya sendiri atau kehendak orang tua atau keluarga besarnya ? Pernikahan yang wow memang idaman semua pengantin. Jadi pakai standar artis, orang terkenal dan kemewahan lainnya. Hal ini jadi tuntutan. Jika tidak wow, bakal jadi tontonan yang di ghibah. Antar tetangga jadi lomba Horeg saingan wah. Jadi pusing saat hanya berjarak tiga rumah dan berbatas jalan raya, sound horeg saling berhadapan dengan memutar musik DJ dan adu menyewa hiburan yang berbeda. Entah apa yang dipikirkan orang orang ini.
Yang Mblarah ini yang diskusi atau yang bikin horeg. Apalagi yang digelar bak acara karnaval. Kalau yang nyanyi artis sesungguhnya, tentu enak didengar. Yang runyam itu yang naik panggung adalah tamu undangan yang menyanyi seenak hati tak peduli kualitas nyanyinya hanya kelas kamar mandi. Lucu aja mendengarkan moment bak ruang karaokean ini. Belum pusing soal buwuhan, ditambah perang sound horeg. Ya bagaimana lagi, ini trend kekinian, kalau tak horeg serasa belum sah. Apakah saingan wah seperti ini patut dijadikan lomba untuk walimahan ?
Pesta Sehari setelahnya....
Diskusi Mblarah ke urusan pentingnya kemewahan acara walimahan termasuk lomba horegnya. Apalagi tenda yang digunakan sampai nutup jalan. Saat syukuran, undangan dipilih orang orang yang selevel saja. Terus yang fakir bagaimana ?
"Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, hanya orang-orang kaya yang diundang kepadanya, sedangkan kaum fakir dibiarkan (tidak diundang) (HR. Bukhari)