Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

A I U E O (Seri Hari Hari Puisiku #119)

28 September 2024   14:57 Diperbarui: 28 September 2024   14:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prosa Liris : A I U E O
(Seri Hari Hari Puisiku #119)
Ditulis oleh : eko irawan

Apa harus terkenal. Bagaimana mampu sayang, kenal saja tidak. Kok sayang, dibaca saja tidak. Lihat judulnya, lewati. Ya, sudah selesai. Bukan urusan. Kok ? Ya, Bukan salahmu Dulur ! Karena minat baca bangsa ini rendah. Sangat rendah !

Kata UNESCO, Dari seribu orang hanya satu yang rajin baca. Seribu orang ? Iya, hanya 1 orang saja, Yang 999 orang, malas baca. Serendah itu minat baca bangsaku? Benarkah seperti itu ?

Iya kalau ku menulis, lalu simpan. Masukan kotak lalu digembok. Kotaknya dikubur dalam tanah. Kuncinya dibuang ke laut. Aman tak ada yang tahu. Tapi apa aku penulis seperti itu ?

Jadi penulis tak mudah. Kecuali ku menulis hanya :  a a a a a a a a atau b b b b b b b b. Itu saat belajar abjad. Belajar huruf. A I U E O. Terima Kasih Guru guruku. Sudah jadikan aku bisa nulis. Bisa Baca. Bisa mikir. Dan menulis pada dunia. Tentang A I U E O

Nanti apa tulisan ini ada yang baca? Terima kasih jika mau baca. Apalagi ini puisi. Diranah fiksi. Katanya Khayalan. Tak bisa jadi dasar rujukan kajian ilmiah. Hanya tulisan penyair tak dikenal. Tak layak dapat apresiasi. Hanya sampah. Yang pantas dibuang ke tong sampah. Lalu dilupakan.

A I U E O adalah curhat. Sudah luangkan waktu demi menulis. Bukan mabuk pengakuan. Agar dihormati. Dipuja jadi sastrawan. Orang lain tetap tidak paham kau siapa. Saat tidak satu frekuensi, apa sambung ? Satu ke gunung. Satu ke laut. Tak sambung, tak bisa ketemu.

Apa aku orang asing. Satu diantara seribu. Apa aku harus berhenti. Agar tamat, semua tak nulis. Semua tak baca. Karena negeri yang malas baca, mudah ditipu. Mudah diadu domba. Mudah diguncang gempa hoax. Belum paham sudah marah. Kagum pada drama negeri lain, lupakan sejarah. Berdebat sendiri tanpa ilmu.

Ya, itu hadiah dari malas baca. Lebih asyik nonton video pendek di medsos. Atau main game online. Perubahan jaman memang menantang. A I U E O akan jadi seleksi alam. Yang sadar akan paham. Mau maju dan raih perbaikan. Yang terbuai akan tertinggal.

Mampukah satu orang saja ? Sendiri ? Lelucon apa ini ? Yang mudah adalah salahkan pihak lain. Tunjuk sana. Tunjuk sini. Nyinyir yang tidak manfaat. Karena apapun tak bakal menang, tanpa diperjuangkan. Dan bisa apa ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun