Elegi Malam (Seri Puisi Epigram #30)

Puisi : Elegi Malam
(Seri Puisi Epigram #30)
Ditulis oleh : eko irawan

Untuk apa sedih, juga untuk apa gembira. Apa gunanya merasa hina, jika tersanjung juga tiada guna. Pahit atau manis hanya rasa. Sungguh dihayati, atau biasa saja.

Apa perlunya basa basi. Basa basi kadang perlu. Saat to the point malah menyakiti. Bikin tersinggung atau bikin salah tingkah.

Baca juga: Nikmati Hidupmu (Seri Puisi Epigram #11)

Apa harus jadi apa, untuk berharga. Saat  Sudi sapa, malah diri dianggap arca. Tak sapa di ghibah sombong. Tapi duluan sapa, malah didiamkan.

Elegi malam jadi cermin jiwa. Menalar peran, menilai diri. Bertanya siapa diri ini. Agar esok jadi pribadi punya prinsip, punya sikap.

Berperan dalam diam, tanpa omong kosong. Berguna tapi tanpa minta bintang jasa. Berbagi tanpa minta diakui. Biarkan keadilan semesta yang bicara.

Baca juga: Perahu Kertas (Seri Puisi Epigram #20)

Elegi malam, sedih yang tercipta sendiri. Karena jiwa masih punya perasaan. Yang sedih karena tak dianggap. Yang tersanjung saat dipuji.

Tapi apakah itu tujuan hidupmu?

Baca juga: Fase Ikhlas (Seri Puisi Epigram #19)

De Huize Sustaination, 22 Juli 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 30

Kompasianival

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H