Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duren (Seri Klik Soulmate #17)

21 Februari 2024   10:55 Diperbarui: 21 Februari 2024   10:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Klik Soulmate #17 foto diolah dengan lumii, Sketch Photo dan snapsheed

Puisi : Duren
(Seri Klik Soulmate #17)
Ditulis oleh : eko irawan

Satu buah, yang makannya disebut pesta. Beda dengan buah lainnya. Duren [1] buah istimewa bagi yang suka. Sensasi makannya, unik baunya.

Kusangka engkau suka. Mari santap duren bersama. Tapi begitu tahu buahnya, kau sudah trauma. Mendadak sakit susah obatnya.

Mohon Maaf Sayangku. Benar benar aku baru tahu. Yang lain suka, belum tentu engkau mau. Dari duren belajar paham dirimu.

Dua anak manusia memang beda. Tak sama jangan dipaksa. Cinta membuat paham dan dewasa. Tak harus sama, Satukan beda [2].

De Huize Sustaination, 20 Februari 2024
Ditulis untuk Seri Klik Soulmate 17

Catatan Kaki

[1] Duren adalah bahasa Jawa untuk menyebut buah Durian.
[2] ide dibalik puisi ini sederhana saja. Dapatkah kita memaksa seseorang yang tidak suka duren, untuk secara tiba tiba jadi mau makan buah durian? Mungkin ada yang menganggap mereka yang tidak suka duren itu hal biasa saja. Padahal ada orang yang menghirup baunya saja bisa tiba tiba sakit mendadak, padahal dia tidak memakannya. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari puisi Duren ini? Bahwa kita tak selayaknya memaksakan kehendak pada orang lain. Apa yang kita anggap istimewa, belum tentu disukai oleh orang lain. Tepo sliro perlu dijunjung tinggi, apalagi dalam konteks sebuah hubungan cinta. Jadi apapun, bicarakan. Diskusikan. Musyawarah mufakat karena segala sesuatu itu Tak Harus Sama, Satukan Beda. Itulah makna dari klik Soulmate.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun