Ditulis oleh : eko irawan
(Ketua Museum Reenactor Ngalam)
2 Februari 2024 bertempat di Perpustakaan Umum kota Malang saya diundang Tim Penulis Buku Spektrum Kota Malang untuk hadir sebagai pemantik Diskusi Publik #4 bertema "Menyongsong Satu Abad Stadion Gajayana Malang"
Tentu apa yang saya bahas sesuai perspektif dari Reenactor Ngalam.
Stadion Gajayana Malang yang mulai dibangun tahun 1924, tentu telah menjadi saksi sejarah berbagai perhelatan kegiatan/ event yang bersejarah dan monumental. Bukan hanya peristiwa atau kegiatan olah raga semata. Tetapi juga event bersejarah Nasionalisme, Musik, Kesenian, Kebudayaan, Kemanusiaan dan lainnya. Tentu pasti ada Rekam jejak dokumentasi, arsip dan catatan semua event bersejarah dan monumental tersebut di Stadion Gajayana Malang selama kurun waktu hampir 100 tahun usianya.
Untuk bisa menjawab dan mengumpulkan bukti-bukti bersejarah tersebut, diadakanlah Diskusi Publik, Yang sudah dilaksanakan sebanyak empat kali ini. Hasil dari Diskusi Publik ini akan dimasukkan ke dalam Buku Spektrum Kota Malang Edisi Khusus Satu Abad Stadion Gajayana Malang. Yang akan dijadikan sebagai Hadiah Istimewa Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Malang ke-110 tahun. Siapa saja boleh ikut hadir langsung dan berpartisipasi. Tanpa syarat apapun.
Diskusi Publik ke 4 ini akan dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Jumat, 2 Februari 2024
Pukul : 13.00 - 15.00 WIB
Tempat : Ruang Diskusi Publik Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Malang
Tema Utama : EVENT KOLOSAL & BERSEJARAH DI STADION GAJAYANA MALANG (Musik, Olah Raga, Kebangsaan, Seni Atraksi, Kebudayaan dan lainnya)
Pemantik Diskusi:
1. Hengki Herwanto (Museum Musik Indonesia)
2. Eko Irawan (Museum Reneactor)
3. Penulis Buku Spektrum Kota Malang
"Malang Nominor Sursum Moveor!"
Terkesan tanggal 2 Februari, ada apa?
Dari sisi Reenactor Ngalam yang nota bene fokus pada sejarah perjuangan bangsa kisaran tahun 1945-1949 khususnya diseputar kota malang, tema ini merupakan kajian yang sangat menarik. Tentu karena saya mewakili komunitas Reenactor Ngalam, saya harus fokus pada bidang kajian sesuai yang didalami oleh Reenactor sendiri.
Saat mendekati lokasi stadion Gajahyana, kita disambut sebuah monumen yang terkenal sebagai monumen TGP. Diseberangnya ada bangunan sekolah yang sekarang menjadi SMK Bina Cendekia. Bangunan sekolah ini terkesan sangat kolonial.
Tentu ada apa dengan Hari ini, tanggal 2 Februari, antara undangan diskusi publik dan peristiwa kolosal sejarah TGP dan Stadion Gajahyana Malang di era perang kemerdekaan?
Yang istimewa, 2 Februari hari ini 77 tahun lalu disekolah tersebut resmi didirikan TGP malang. TGP merupakan organisasi militer resmi binaan angkatan bersenjata Indonesia (Pada masa itu masih bernama TKR atau Tentara Keselamatan Rakyat, yang diresmikan 7 Januari 1946 menggantikan Tentara Keamanan Rakyat) pada era perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Peran TGP tidak boleh dianggap remeh meskipun umur anggota-anggotanya belasan tahun dan masih berstatus pelajar. Mereka memiliki keterampilan khusus yang diterapkan saat perang meletus di Kota Malang. Berbeda dengan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), maupun Tentara Pelajar (TP) yang kemampuannya bersifat umum (misal, menembak), TGP diisi oleh pelajar-pelajar dari sekolah kejuruan teknik. Keahlian-keahlian khusus yang mereka miliki adalah, membuat jebakan, merakit bahan peledak untuk kemudian memasang dan meledakkannya. Mereka juga terampil dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan konstruksi (misalkan membangun jembatan darurat). Tidak hanya itu saja, anak-anak muda ini mampu memproduksi senjata maupun granat yang bahan-bahannya diambil dari bom-bom Belanda yang gagal meledak.