Puisi : Rindu Ruang Waktu
(Seri Ruang Waktu Cinta #63)
Ditulis oleh : eko irawan
Apakah impikan sempurna. Itu tak bisa. Tak kuasa, kadang tiada daya. Menuntut berat dirasa.
Apalagi syukur saja tak mampu. Protes menuntut yang tak tentu. Hidup bukan seperti batu. Tapi terus berubah, Bergerak melaju.
Jadi nikmati yang ada. Jadi rindu ruang waktu. Simpan dalam memori romansa. Agar kenangan jadi rindu rindu.
Memang sekarang tak sesuai ekspektasi. Harus terima apa yang terjadi. Tetaplah bersyukur tanpa kecil hati. Tetap optimis untuk esok hari.
De Huize Sustaination, 28 Januari 2024
Ditulis untuk Seri Ruang Waktu Cinta 63
Catatan kaki
Sekarang pasti ada yang kurang. Tak sempurna. Inilah kenyataan yang mau tidak mau harus diterima. Protes? Adalah hal manusiawi. Tapi terus protes, kau tak bakalan menemukan makna Rindu Ruang Waktu. Seolah semua yang terjadi kemarin hingga hari ini adalah kesengsaraan. Jadinya kau lupa bersyukur. Protes menghasilkan pesimis, sedang syukur menghasilkan optimis. Tak percaya? Silahkan. Hidup itu memilih. Mau milih mengeluh sepanjang hidupmu ya silahkan. Kebaikan dan hikmah selalu ada setiap hari. Bersyukur itu belajar peka. Tapi yang tak peka ujung ujungnya hanya pandai menyalahkan pihak lain, tak kenal introspeksi diri. Dan putus asa seolah pilihan bijaksana. Benarkah?
Semoga puisi ini berguna dan menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H