Cerpen : 10 bulan tanpa Cerpen
Ditulis oleh : eko irawan
Kemana? Apa sudah tak menulis lagi? Kenapa yang ditanyakan orang orang itu, berhenti menulis. Dan aku difitnah, sudah berhenti berkarya. Kok?
Aku memang tak habis pikir. Apa sebenarnya isi otak mereka. Lebih baik aku tidak tahu, dari pada tahu. Karena jika aku tahu, aku serasa ada pekerjaan rumah baru. Ngurusi orang kepo, orang iri, dan serasa aku bagai alien yang dicurigai. Dimusuhi. Disingkirkan. Sekejam itukah?
10 bulan sudah tanpa menggurat cerpen. Kemana diriku? Dimana karyaku? Menulis, entah itu cerpen, artikel atau puisi ternyata butuh apa yang disebut nyaman. Bukan nyaman, lalu lupa segalanya dan banyak tidur.
Aku bukan type orang yang lebih banyak tidur dan lebih sibuk mimpi. Tuangkan karya, khususnya menulis itu butuh banyak syarat dan ketentuan berlaku lho. Dan bagiku menulis dalam bentuk apapun, itu super. Coba ku eksplore sendiri tulisanku dengan google. Dan wow, ternyata.....
Coba pakai tag dengan nama orang yang kepoin itu. Tak ada. Mereka pintar, tapi pintar cari muka. Mereka tak menulis, dan jejak digitalnya nol besar. Coba saat mereka pensiun atau sudah tidak punya kekuasaan lagi. Pemikiran apa yang akan disumbangkan pada masa depan?
Cari muka memang mengalahkan orang yang menginspirasi dengan tulisan. Berbuat baik, bisa kalah dengan tukang fitnah. Para penjilat. Dan pintar omong dengan dalih dan alasan. Jadi kesimpulannya, ternyata 10 bulan ini aku sibuk dengan urusan ini. Dan inilah yang membuat aku terhenti nulis cerpen.
Selamat, anda sudah membuat saya berhenti selama 10 bulan. Itu capaian hebat dan luar biasa mengganggu proses kreatif dan membunuh apa yang disebut nyaman. Apa berdosa? Bukan urusan! Yang penting aku sadar dan kembali menulis cerpen lagi.
Cerpen, itu nyaman yang merdeka. Tak semua orang bisa menulis. Inilah poin plus yang tak dimiliki semua penulis. Dan apa yang disebut nyaman itu kunci emas yang membuat kita ada didalam ruang waktu yang kreatif.