Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Seperti Apa Kompasianivalku 2023

18 Oktober 2023   23:10 Diperbarui: 19 Oktober 2023   00:29 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri inspirasi Eko Irawan untuk Kompasianival 2023

Seperti Apa Kompasianival ku 2023
Ditulis oleh eko irawan

Selamat dan sukses buat para sahabat Kompasianer yang sukses masuk nominasi dan terpilih dalam ajang Kompasiana award 2023. Sebuah ajang bergengsi para penulis Kompasiana dan jadi bukti terindah semua kompasianer yang berhasil nyata menunjukan eksistensinya di Kompasiana. Tentu semua kompasianer ingin diakui dan memperoleh apresiasi di rumah karyanya sendiri yaitu di Kompasiana. Memang ada syarat dan ketentuan berlaku sehingga dalam rangka introspeksi diri, seorang kompasianer akan mengukur sejauh apa kiprahnya selama ini. Jadi seperti apa Kompasianivalku 2023, berikut ulasannya.

Tak terkenal tapi terus menulis

Itu sikap yang harus dimiliki dan dipelihara secara konsisten oleh semua kompasianer. Para pejuang tangguh yang eksis berkarya sekalipun artikelnya tidak ada yang baca, tidak dapat apresiasi dan kadang tidak dapat label artikel pilihan.

Menulis sebuah artikel itu butuh waktu, pemikiran, paket data atau jaringan internet plus perjuangan panjang dibaliknya yang tak diungkapkan pada publik. Dibutuhkan kepekaan dan berbagai pertimbangan non teknis hingga jadi tayang atau artikel tersebut tak pernah tayang. Pertarungan prinsip, pemikiran dan estimasi efek yang bisa jadi timbul jika artikel tersebut tayang. Pertarungan intern ini mengganggu mood dan kreatifitas seorang penulis hingga akhirnya tak menayangkan tulisan apapun. Itulah sekelumit gambaran apa yang dihadapi seorang kompasianer sehari hari.

Bagi kompasianer yang tidak bingung masalah ekonomi, mereka akan lempeng saja. Coba bayangkan mereka ini masih harus punya kewajiban yang notabene harus ada. Tak bisa beli beras. Mau ngebon makan di warung, ditanya kapan tanggal pasti bayarnya. Belum lagi soal kontrak, kost atau sewa tempat tinggal. Bayar listrik, air, BPJS dan iuran wajib lainnya. Bagaimana dengan anak anaknya, cucunya... Bagaimana dia harus ngisi BBM motornya. Tak ada SPBU gratis untuk para penulis. Bagaimana bisa maksimal, dia sendiri lapar. Ini terjadi dan bisa terjadi pada para kompasianer sekalian. Diakui atau tidak, ini bukan lelucon karena semua pasti butuh hidup layak sekalipun dalam tataran level sederhana. Mereka inilah yang disatu sisi masih sangat minim, tapi konsistensi menulisnya luar biasa. Mereka punya idealisme, prinsip dan tetap eksis walau siapa dirinya, tidak dikenal. Dan hebatnya mereka terus saja berkarya meskipun belum pernah dapat k reward.

Orang orang yang dengan tulus berjuang, terus tanpa dilihat dan didalami siapakah dia sejatinya kemudian dinilai yang tidak elok, dikritik pedas dan dinilai tidak dalam porsi realnya, rasanya sebagai manusia sedih juga. Inilah seni hidup bermasyarakat yang kadang hanya menilai dari kulit luar dan merasa super paham, padahal info yang digunakan dasar penilaian adalah unsur tidak profesional dan cenderung hoax.

Jadi mau bagaimana sekarang? Orang hebat adalah orang yang konsisten berkarya dan sibuk dengan dirinya sendiri. Dia yakin, dunia ini masih ada keadilan Tuhan, siapa menebar kebaikan pasti akan memperoleh balasan setimpal. Itulah model Kompasianival ku 2023 dan mari diawali dengan niat Bismillahirrahmanirrahim.

Menikmati Menulis

Apa guna target tinggi tapi tidak mampu dilaksanakan? Bukan pintar jika isi kepalanya hanya lihai menilai orang lain sebagai yang salah, sementara kebobrokan diri dianggap mulia. Tak perlu memuji kebaikan diri setinggi langit, tapi buktinya hanya omong kosong, adalah cara buang buang umur, lupa bersyukur dan cara paling lihai menutupi aib diri yang busuk. Pemuja iri dengki akan tempuh segala cara dan memakai rumus bermuka dua, padahal hanya tipu diri. Jadi menurut saya, sibuklah dengan dirimu sendiri dan tetaplah berbuat baik sekalipun kau harus jadi pengemis di tempat lain agar proses berkaryamu tetap eksis. Ini hanya soal prinsip yang merdeka. Tentu hal ini dianggap konyol, tapi sadari berbuat baik itu yang wajib menilai siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun