Reuni Membangun Jejaring Kolaborasi
Ditulis oleh : eko irawan
Selamat mengikuti Reuni Akbar para sahabat PPKN FPIPS IKIP MALANG Angkatan 1992. Apa Kabar? Semoga sehat dan sukses selalu di dunia pengabdian untuk pendidikan Indonesia. Kita semua punya cita cita yang sama, sekolah guru untuk mengabdi menjadi guru atau dosen.Â
Menjadi Pendidik atau guru adalah pekerjaan mulia. Menjadi pendidik tentu terinspirasi dari Ki Hajar Dewantara. Di tahun 1928 yang lalu, Ki Hajar Dewantara pernah menulis bahwa musik (gendhing) memiliki hubungan terikat dengan pendidikan dan pembelajaran.Â
Integrasi musik dengan pendidikan dan pembelajaran memiliki kegunaan utama. untuk menghaluskan budi dan memerdekakan rasa diri. Termasuk, "memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan (rakyat)." Kesatuan itu dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak, atau mengaktifkan budi pekerti. Ki Hajar telah menanamkan fondasi pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Setidaknya ada sembilan prinsip pendidikan yang telah diwariskan Ki Hajar Dewantara, yakni: kemerdekaan, mandiri, beradab, kodrat, bersusila, kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan, mengatur diri, dan keselarasan rasa-cipta-karsa.
Makna kemerdekaan, bagi Ki Hajar bukan sekedar kebebasan hidup, tetapi kemampuan untuk hidup dengan kekuatan sendiri, menuju ke arah tertib-damai serta selamat dan bahagia, berdasarkan kesusilaan hidup manusia. Abstraksi itulah yang kemudian dirumuskan ulang oleh pemerintah. Dijadikan kredo (pernyataan kepercayaan/keyakinan; dasar tuntunan hidup) pendidikan nasional. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal 3 disebut fungsi dan tujuan pendidikan. Pendidikan nasional memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sungguh Mulia Guru Pancasila
Menjadi guru, khususnya Pendidikan Pancasila merupakan pekerjaan mulia. Apalagi Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan pola tujuan pendidikan diatas, sumbangsih pembelajaran berada di tangan guru Pancasila. Guru pendidikan Pancasila punya peran besar turut membangun karakter peserta didik yang nota Bene sama dengan menyiapkan generasi masa depan bangsa. Mereka memegang tongkat estafet bangsa Indonesia.
Dikutip dari akun Facebook Dadang Jks kini ada 6 (ENAM) DIMENSI PROFIL PELAJAR PANCASILA. Yaitu Sebuah profil yang digali dari dalam akar budaya Indonesia namun aktual dan selaras dengan tata kehidupan global. Profil Pelajar Pancasila adalah Pelajar Indonesia sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi terkait dan saling menguatkan. Keenam dimensi ini adalah:
1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
2) mandiri,
3) bernalar kritis,
4) kreatif,
5) bergotong-royong, dan
6) berkebinekaan global.
Profil ini tergambar dalam diagram sbb :
Tak Semua Jadi Guru, tapi tetap Guru
Pada tahun 1992, selepas lulus dari SLTA kita semua datang dari berbagai provinsi hampir sepulau Jawa, dari barat ke timur plus dari Madura dan Bali.Â
Kita dipaksa akrab setelah menjalani OPSPEK Mahasiswa baru dan menjalani tradisi baru menjadi mahasiswa. Hari hari yang indah penuh perjuangan yang layak dikenang.
Ajang reuni Akbar di tahun 2023 kali ini menurut saya menjadi ajang jejaring kolaborasi. Setelah lulus tak semua jadi guru, khususnya guru mata pelajaran Pancasila. Apapun profesi kita, tetaplah guru. Karena ilmu yang kita serap sedari muda adalah bagaimana kita terus belajar menjadi guru yang baik dan bermartabat. Ladang pengabdian kita berbeda beda dan Ruh Pancasila tetap jadi muatan pembelajaran dimanapun ladang pengabdian kita selama ini. Terima kasih untuk para dosen FPIPS IKIP MALANG atas segala bimbingannya.
Kiprah Jejaring Kolaborasi
Saya pribadi putus kontak setelah teman teman lulus. Namun saya bersyukur, 17 tahun terakhir saya berdinas di sebuah Kelurahan yang secara kewilayahan membawahi kampus IKIP MALANG yang sekarang bertranformasi menjadi UNIVERSITAS NEGERI MALANG.
Alhamdulillah saya tetap berjejaring kolaborasi dengan institusi kampus tersebut khususnya Jurusan Ilmu Sejarah. Jejaring Kolaborasi ini saya usung bersama Komunitas Reenactor Ngalam yang mengusung tema Kampoeng Sedjarah. Berikut liputan inovasi Museum Reenactor Ngalam salah satu metode pendidikan yang menggugah nasionalisme, cinta tanah air, semangat perjuangan dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia yang berpancasila.
https://youtu.be/DhniqjU8dwc?si=v-bJF6vNFmDDOLG_
Selamat dan sukses buat semua alumni, saatnya berjejaring kolaborasi membangun inovasi yang berkelanjutan. Jangan lihat kita yang dulu siapa, tapi lihatlah output pendidikan yang ditempuh setelah berjuang di ladang pengabdian masing masing. Jadi apa sekarang, walau tidak jadi apa apa tapi tetap ada sisi positif mengembangkan kemampuan masing masing. Dengan berkolaborasi tanpa merendahkan, potensi tetap layak dikembangkan. Ingat 6 dimensi profil pelajar Pancasila di atas, jejaring adalah dimensi gotong royong yang mampu tumbuh bersama sama agar tetap berguna untuk nusa dan bangsa.
Kampus Universitas Negeri Malang, 10 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H