Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kampoeng Bintjang Sedjarah bersama Eko Irawan

27 Juni 2023   19:18 Diperbarui: 27 Juni 2023   19:23 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Reenactor Ngalam Napak tilas Jendral Soedirman

Dari Kampoeng Bintjang Sedjarah
Bersama Eko Irawan
Ketua Komunitas Reenactor Ngalam

Sejarah adalah pembelajaran yang tetap relevan untuk digali dan diperkenalkan pada generasi muda Bangsa Indonesia, agar nilai nilai Nasionalisme, Perjuangan, cinta tanah air dan Patriotisme tetap jadi jiwa kebanggaan anak anak Bangsa. Reenactor Ngalam di Kampoeng Sejarah Kelurahan Sumbersari Kota Malang merupakan komunitas yang peduli pada upaya pelestarian semangat perjuangan dan jiwa nasionalisme melalui inovasi Museum Reenactor Ngalam yang merupakan satu satunya museum di Indonesia yang memperkenalkan metode life historical Reenactment. Artikel berjudul Dari Kampoeng Bintjang Sedjarah ini merupakan seri awal tulisan yang akan disampaikan secara berseri tentang cara pandang Reenactor memperkenalkan kembali Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia kepada para pembaca sekalian. Selamat membaca, semoga menginspirasi.

Dari Kampoeng untuk Dunia

Gagasan membangun komunitas yang mengangkat sejarah revolusi kemerdekaan ini, memang berawal dari sebuah kampung bernama Tawangsari. Nama Tawangsari memang sebutan sebuah dusun yang sekarang telah berubah menjadi RW. 1 Kelurahan Sumbersari di Kota Malang.

Komunitas ini dirintis sejak 2006 dan memulai gerakannya dari kampung. Meskipun berawal dari kampung, tapi boleh dibilang tidak kampungan. Gagasan ini murni diawali dari bawah dan bersifat keswadayaan. Dari sesama anggota untuk kebersamaan dalam organisasi yang berbasis hobby ini. Dari awal komunitas ini berprinsip no political issue dan tidak ada hubungan apapun dengan kepentingan politik praktis.

Tentu pertumbuhan komunitas ini tidak mampu secepat kilat seperti dikritik oleh beberapa pihak yang mengusulkan pergerakan Reenactor Ngalam yang dianggap kurang greget dan terlalu idealis. Saya bisa maklum, mereka punya donatur yang siap sedia begitu ada gagasan baru, sementara Reenactor Ngalam murni swadaya. Mereka mungkin digaji perusahaan besar, tapi menurut saya masih berstatus karyawan suruhan atasan, sementara Reenactor Ngalam dengan bangga bisa bilang mandiri, berdiri di kaki sendiri. Dan yang lebih membanggakan lagi, ide ini diakui luar biasa oleh para sahabat Reenactor dari manca negara melalui media sosial yang kami kelola. Jadi meskipun dicap kampungan, karena kami disini sama sekali tidak digaji dan bergerak gotong royong, pergerakan sosial Reenactor Ngalam dari kampung menuju dunia. Reenactor Ngalam tidak hanya mengangkat sejarah lokalitas kampung setempat, tapi juga sejarah WW2, sejarah perang dunia. Alhamdulillah, upaya kecil ini merupakan tabungan membangun inovasi selanjutnya.

Berikut salah satu liputan Inovasi dari Reenactor Ngalam :

Link YouTube sbb :

https://youtube.com/watch?v=DhniqjU8dwc&feature=share7

Mengenal apa itu Reenactor

Reenactor adalah metodologi belajar sejarah dengan cara reka ulang atau rekonstruksi. Dengan cara ini, para pembelajar diajak bermain dahulu, diperkenalkan dengan seragam ala pejuang, aksesoris yang dipakai, senjata replika yang disandang. Berani tampil dahulu merupakan cara menarik minat belajar sejarah perjuangan agar lebih memiliki daya tarik. Sejarah dikenal sebagai hafalan angka tahun dan peristiwa. Pendalaman berupa penghayatan semangat pejuang sulit didapat jika hanya hafalan angka tahun dan peristiwa. Misal Reenactor Ngalam pernah mengikuti giat Napak tilas Jendral Soedirman, dengan rute gerilya di daerah Bajulan Kediri. 

Dokpri Reenactor Ngalam Napak tilas Jendral Soedirman
Dokpri Reenactor Ngalam Napak tilas Jendral Soedirman

Disana bukan jalan jalan melihat situs, tapi praktek langsung dengan seragam pejuang, bawa senjata dan bawa tandu. Para pembelajar diajak turut merekonstruksi peristiwa sejarahnya dengan jalan kaki gerilya.

Dokpri Reenactor Ngalam acara Napak Tilas Jendral Soedirman
Dokpri Reenactor Ngalam acara Napak Tilas Jendral Soedirman

Inilah metode life historical Reenactment yang coba disosialisasikan menjadi kegiatan reka ulang.

Di malang beberapa tahun silam juga pernah digelar kegiatan Napak tilas Turen Malang, yang merupakan reka ulang dari kegiatan penyerahan kedaulatan dan kembalinya para pejuang Indonesia memasuki kota malang.

Pada saat gelar Malang Tempo Doeloe, Reenactor Ngalam turut aktif memerankan para pejuang dalam festival tersebut.

Dilapangan, komunitas berdandan ala pejuang Republik ini dapat kita jumpai dalam berbagai genre. Ada yang murni Reenactor, artinya apa yang dilakukannya berdasar pada bukti otentik yang secara ilmiah bisa dipertanggung jawabkan. Jadi tidak sekedar dandan, tapi wajib ada ilmu sejarah yang melandasinya. Jika belum sesuai, maka disebut farb. Ada pula kelompok komunitas yang mengutamakan sepeda tua atau motor tua, tapi dandan ala pejuang. Ada juga yang cosplay ala film bertema militer. Kegiatan kegiatan tersebut rata rata mengangkat hobby bertema sejarah baik otentik seperti yang diangkat Reenactor atau sejarah versi film barat atau fiksi lainnya. Semua komunitas ini punya keasyikan sendiri, berbeda genre tapi tetap satu hobby.

Inilah sekelumit keasyikan dunia Reenactor. Penasaran dengan tema lainnya, selamat membaca seri lanjutan dari tulisan ini. Semoga artikel ini menginspirasi dan memberikan gambaran bagaimana sesungguhnya kiprah Reenactor dalam dunia sejarah.

Terima kasih sudah membaca artikel ini.

Museum Reenactor Ngalam, 27 Juni 2023 ditulis untuk Seri Dari Kampoeng Bintjang Sedjarah 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun