Puisi : Masa Depan Cinta (Seri Puisi Asmaraloka #39)
Tak perlu menunggu lama. Karena besok sudah masa depan. Tak kenal santai, tak kenal leha leha. Yang terlena, silahkan gigit jari.Â
Apa masih cari siapa yang salah? Tunjuk! Ayo tunjuk! Siapa dia? Mau kau apakan dia? Apa tiap sialmu, kau tunjuk orang lain? Apa dia bangsat? Dia bajingan?Â
Hidup bukan sinetron. Tak butuh sejam, sudah kaya. Harta berlimpah. Hidup bahagia dilayar kaca. Itu hanya tontonan. Tapi hidup butuh tuntunan.
Tanyalah sekarang, bukan nunggu besok. Bukan bertanya pada orang lain, tapi tanya dirimu sendiri. Karena besok sudah masa depan. Dan besok, tak butuh kamu siap apa tidak. Banyak alasan, cuma tipu diri. Lalai ya ditindas waktu.
Hidup sebentar, butuh pintar. Masa depan cinta butuh jawaban. Semasa raga kuat, bisa sombong. Jomblo forever! Tapi saat renta, apa masih bisa sombong? Saat dibuang dipanji jompo, kesepian. Sendiri. Tak dikunjungi anak famili.Â
Negeri Sakura buktinya. Jutaan renta kesepian diusia senja. Hidup memang pilihan. Tapi tak mau belajar, itu kebodohan. Nasib memang tak sama, tak bisa dicontoh. Tapi egois, tak berhikmah, lalu jatuh dilobang yang sama, apa itu pandai bijaksana?
Masa depan cinta, renungan. Takut atau trauma. Belum bertindak, sudah pastikan. Pola pikir negatif dipuja. Seolah itu jadi doa. Sok tahu, padahal belum usaha. Belum mencoba. Tapi mengeluh. Aneh. Sangat aneh.
Jawablah duhai cinta. Datanglah. Karena cinta butuh bersama. Bohong, jika cinta tak perlu memiliki. Bohong, jika cinta harus terpisah. Hidup sendiri sendiri. Cinta itu anugerah. Jagalah yang punya, karena cinta tak dirawat, buat hidupmu gawat.
De Huize Djoyo, 3 April 2023