Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Huize Jon Spraken #4: Always Be A Poet Even In Prose

21 Maret 2023   12:53 Diperbarui: 21 Maret 2023   13:21 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri Huize Jon Spraken #4 dokpri

Huize Jon Spraken #4 : "Always be a poet even in prose"

Hari ini, 21 Maret ternyata Di rayakan Sebagai Hari Puisi Sedunia. Sejarah Penetapan Hari Puisi Sedunia dilatarbelakangi  oleh Konferensi Umum ke-30 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1999. UNESCO dan peserta konferensi yang juga dihadiri oleh penyair dari seluruh dunia sepakat mengusulkan untuk menetapkan 21 Maret sebagai Hari Puisi Sedunia.
Melansir National Today, Tema Hari Puisi sedunia tahun 2023 adalah, "Always be a poet, even in prose" jika diterjemahkan kurang lebih bermakna Selalu Jadi Penyair, bahkan dalam bentuk Prosa. Apa maknanya?
Sebagai seorang Penulis Puisi atau Penyair, baik sudah dikenal publik atau belum, dia punya sudut pandang sendiri untuk melihat dunia. Teknis menulisnya pun berbeda beda dan memiliki ciri khas dan style sendiri sendiri. Kadang puisi dimaksud sangat pendek, kadang pula jadi panjang semacam prosa. Tema Hari Puisi Sedunia tahun ini penulis rasa mewakili kemerdekaan seorang penyair dalam proses menulis karyanya, bahwa para penyair bisa menuliskan karya puisinya dalam bentuk prosa. Semangat untuk selalu jadi penyair bahkan dalam bentuk prosa, kurang lebih sudah penulis lakukan dalam karya karya prosa liris untuk dibacakan secara Monolog. Berikut contoh karya dimaksud, bisa dibaca dilink sbb :
https://www.kompasiana.com/tag/monolog-eko-irawan

Kebebasan ekspresi seorang penyair dalam bentuk prosa tentu memberi ruang  untuk mengeksplore karya karyanya. Penyair bisa menyandang gelar sebagai Sastrawan, sekalipun dia tidak berasal dari pendidikan sastra. Ruang ini perlu diciptakan dibanyak tempat agar karya puisi punya wadah apresiasi yang menghargai mereka yang tekun memajukan bahasa bangsanya. Pembelajaran bahasa tidak hanya waktu dibangku sekolah atau perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa itu seumur hidup, karena kita memakai bahasa itu sepanjang hayat. Esensi Keberadaan para penyair perlu dihormati dan memperoleh penghargaan yang layak, karena merekalah yang melakukan banyak kajian, penelitian dan menciptakan dunia literasi yang bisa dibaca sebagai khasanah keragaman budaya suatu bangsa. Mungkin bahasa dianggap hal biasa yang digunakan sebagai sarana interaksi sehari hari, namun perlu diingat, bahasa adalah identitas bangsa dan Bahasa Indonesia punya arti nasionalisme saat digagas dalam Sumpah Pemuda yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai sarana mempersatukan Indonesia yang memiliki kekayaan Bahasa yang berbhineka Tunggal Ika.

Menurut pengarang Hans Bague (H.B.) Jassin, puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.
Tentu puisi selalu sarat akan perasaan, konsep dan gagasan, maka tema hari Puisi Sedunia tahun 2023 kali ini menyarankan agar puisi ditulis dengan cara yang sama seperti prosa. Puisi harus ditulis dengan ketulusan, secara alami membahas semua poin yang relevan, dan melayani tujuan yang dimaksudkan. Bentuk Puisi dengan tema relevan, ditulis secara singkat, padat namun ditulis secara indah, memikat dan untuk memahaminya perlu sejenak melakukan kajian tafsir dari karya dimaksud, kecuali penulisnya membuat narasi maksud dan tujuan tentang ada apa dibalik puisi tersebut. Bagaimana pemahaman pembaca tentang perkembangan dunia puisi di sekitar pembaca tinggal?

Puisi Juga Butuh Ruang Ekspresi

"Ezt Kewut kok Sik nulis Karo Moco Puisi, koyok arek SD ae. Arep dadi sastrawan ta?" Demikian Kritik yang pernah Penulis dengar tentang aktivitas Penulis didunia perpuisian. Pelajaran deklamasi memang dimulai sejak pendidikan dasar. Pembacaan sajak di muka kelas kadang jadi momok, dimana setelah membaca bukan diapresiasi, tapi malah dibully. Mungkin ini hanya pengalaman pribadi, namun bisa terjadi pada siapapun.
Dikira menulis puisi itu gampang dan menulis puisi adalah pekerjaan mereka yang kasmaran.
Dunia puisi memang tidak sesemarak panggung musik dangdut atau musik pop. Padahal para penyair inilah pejuang yang memperluas keragaman bahasa dan pejuang yang menyadarkan orang-orang tentang bahasa asli bangsanya juga estetik dan tidak kalah dengan bahasa bangsa asing.

Penulis merasa ruang ekspresi ini perlu diciptakan agar puisi punya tempat dihati masyarakat. Ruang ekspresi di ranah publik perlu terus diciptakan. 

Maraknya caffe dan Perkembangan Kayu Tangan Heritage di Malang, merupakan ranah publik yang terus memberi ruang ekspresi pada banyak keahlian warga. Namun dunia Sastra, khususnya puisi belum mendapatkan apresiasi. Hal ini sangat memprihatinkan dan menggambarkan budaya literasi belum sepenuhnya mendapat perhatian sebagai sebuah karya yang membanggakan. 

Demikian semoga artikel ini jadi inspirasi dan melahirkan gerakan Nyata menumbuhkan gerakan sastra dan Literasi di Malang Raya  Seri Tulisan ini penulis masukan dalam seri Huize Jon Spraken. Selamat menunggu surprise dari Huize Jon Caffee Malang yang akan menjadi cikal bakal gagasan memberikan ruang ekspresi untuk menumbuh kembangkan sastra sebagai khasanah kekayaan bahasa. Selamat berkarya, selamat merayakan Hari Puisi Sedunia dengan caranya masing masing.

Huize Jon Caffee, 21 Maret 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Huize Jon Spraken 4

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun