Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Preman Vs Seragam (Seri Preman Sakral #4)

21 Februari 2023   21:43 Diperbarui: 21 Februari 2023   21:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Seri Preman Sakral #4

Puisi : "Preman vs Seragam"

Aku dan engkau. Beda, karena ibu kita beda. Tapi kita Saudara. Karena cita cita kita sama. Tunjukan diri, agar tak dihina.

Aku preman. Dia berseragam. Kostum saja yang beda. Beda cerita, Tapi semua hebat dibidangnya. Dahsyat di dunianya. Dunia tipu tipu, penuh kisah merana dibaliknya.

Baca juga: Preman Sakral

Tapi jangan jadi preman berseragam. Memanfaatkan seragam untuk aksi preman. Lebih mulia preman bertingkah sakral. Akan lebih mulia jika sakral bukan karena seragam.

Yang berseragam, dihargai karena seragam. Dibutuhkan karena seragam. Nunut populer karena seragam. Berseragam ada masa pensiunnya, lebih baik preman sakral, terus berguna tanpa kenal pensiun.

Karena pensiun melepas seragam. Seragam itu Fana, ada batasnya. Dianggap gila, sudah pensiun terus berseragam. Ini hidup nyata, bukan hidup fiksi berdandan cosplay.

Berseragam berpangkat. Dihormati terhormat berhormat. Tapi hanya titipan sementara. Setelah pensiun, siapa mau hormat. Sudah hilang, sehebat apapun tak bisa buka kantor sendiri dirumah. Seahli apapun, akan kembali, jadi manusia biasa, jadi rakyat jelata.

Pertemuan preman vs berseragam. Dirancang Skenario Illahi. Agar sadar. Mau belajar. Sinergi saling ajar, untuk hidup bermakna tanpa berkoar.

De Huize Dongkel, 17 Februari 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Preman Sakral 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun