Malam Minggu, 14 Januari 2023 hujan deras sudah turun sejak sore hari. Suasana De Forest tak begitu ramai saat aku melangkahkan kaki memasuki area terminal Jeep pemberangkatan ke Bromo. Jika sore, area itu biasanya dipadati anak anak yang tengah menikmati play ground yang tersedia disana. Namun berhubung hujan, dan baru jam 20.00 baru terang, suasana disana sudah lengang diarea tersebut. Akupun melangkah ke mesem Cafe & Art Gallery untuk menikmati suasana malam Minggu.Â
Markas Panji Laras Svara memang keren. Â Kali ini diisi oleh Choiri Starter yang membawakan lagu lagu dari Iksan Skuter.
 Lagu lagu ini mungkin terasa asing bagi saya, karena jelas beda generasi. Namun akhirnya saya bisa menikmati alunan gitar akustik yang dimainkan oleh Choiri Starter. Lagu demi lagu menghibur para muda yang malam itu lagi kongkow dengan sahabat sahabatnya. Semakin lama, semakin malam, ternyata audience semakin semarak. Para tamu transit yang hendak ke Bromo mulai ikut bergabung. Beberapa pasang kekasih muda mudi juga turut membangun kemesraan. Lha saya sama siapa? Sambil menikmati musik, saya tengah sibuk menulis puisi Gandrung Panji Reni. Bagi yang pingin baca karya puisi Saya malam itu,  bisa klik link berikut : https://www.kompasiana.com/irawanoke1803/63c2c4024addee5ad35f6653/gandrung-panji-reni
Ada satu lagu dari Iksan Skuter yang menghipnotis saya malam itu yaitu tentang lagu berjudul cinta itu adalah.... Ya, saya tengah belajar dari milenial tentang makna cinta. Belajar cinta di mesem cafe.
Berikut teks lagu cinta itu adalah....
Cinta itu matahari kepada rerumputan
Ikhlas menyinari dan jujur menghidupi
Cinta itu lautan kepada nelayan
Berikan apapun tak mengharapkan imbalan
Cinta itu udara kepada bumi manusia
Tak pernah berikrar dan tak pernah berbayar
Cinta itu hijau hutan kepada binatang
ikhlas dan rela berkorban, teduh melindungi
Cinta itu akar-akar yang menghujam bumi
Menguatkan, menyatukan dan mengaitkan semuanya
Cinta itu kerbau-kerbau kepada petani
mengabdi dan setia walau dipecut dan didera