Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Panggil Sayang

25 Desember 2022   00:48 Diperbarui: 25 Desember 2022   00:59 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Jangan Panggil Sayang


Duhai cinta. Duhai Rasa. Kenapa harus tertahan didada. Lepaskanlah. Biarkan semesta bicara.

Malukah. Malu pada siapa. Ini aku dan engkau. Kita satu. Rasa ini ada. Milik kita. Kenapa ragu. Ragu yang membelenggu.

Berkali kali kau pesan. Jangan panggil sayang. Tapi sayang ini bukan lebai. Bukan baper. Ini cinta. Anugerah Maha Cinta. 

Aku serasa marah. Seperti cinta sendiri. Yang tak dianggap. Tak bertempat. Tak terungkap. Tapi aku paham caramu. Mencintai aku.

Kalau tak cinta, tak akan ada sayang diantara kita. Kalau tak cinta, tak akan ada juang demi rasa. Untuk apa menjaga. Untuk apa bertahan. Tapi cinta punya cara.

Jangan Panggil Sayang. Tapi sayang akan tetap panggil sayang. Kau mengujiku. Seberapa dalam niatku. Tentang cinta yang diperjuangkan. 

Kata adalah doa, yang terucap. Kata bukan janji, tanpa tanggung jawab. Semua akan ditanyakan. Bukan untuk ditagih, tapi untuk dipercaya. 

Karena semua ini, tentang juang berdua. Aku dan engkau. Ini Kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun