Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setrika (Seri Puisi Asmaraloka #31)

29 November 2022   19:41 Diperbarui: 29 November 2022   19:45 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Seri puisi Asmaraloka #31

Setrika ini akan jadi kenangan. Tak layak untuk dilupakan. Kan terkenang dalam ingatan. Pejuang nyata kehidupan.

Jalan cinta tak selalu memikat. Berat rasanya mengijinkanmu. Siapa mau jadi buruh setrika. Hidup tak gratis, cinta tak selalu manis.

Salut padamu. Demi 135 rupiah per keping. Dari pagi hingga sore. 6 hari sepekan. Berdiri. Setrika. Dalam panas dan lelah. Dan usia tak lagi muda.

Jalan cinta memang tak selalu indah. Tak ada janji, karena itu berat. Tak ada gengsi, karena cinta bukan nggedabrus. Omong saja, mana bisa.

Mengijinkanmu jadi buruh setrika. Saat hidup tak ada yang cuma cuma. Kenanglah hari ini. Karena Esok, pasti ada bukti. Bukan janji, tapi petiklah cinta Suci, dibawah Ridho Illahi.

Malang, 29 November 2022

Ditulis oleh Eko Irawan 

Untuk Seri Puisi Asmaraloka 31

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun