Aku dan kamu itu unik. Kita jadian. Kamu juga paham kesungguhan cintaku. Aku juga paham caramu mencintai aku. Kita sama sama bisa menerima kurang lebih diri masing masing. Tapi kau menyatakan bahwa hubungan ini hanya teman. Jelas serasa ditampar petir disiang bolong. Pengakuan itu penting. Tapi ah, sudahlah. Â Hasil pasti tak akan mengingkari usaha. Dan waktu akan memberi jawaban gembira pada mereka yang tulus ikhlas berjuang atas nama cinta. Anggap saja kita Teman Tapi Sayang. Jika tak sayang untuk apa kita bersusah payah menjaga hubungan ini.Â
Warung Kopi Joyo siang itu. Rumahmu ada dibelakang warung ini. Tapi untuk kesitu, kamu harus jalan memutar melalui gang, baru bisa sampai dijalan utama, dimana warung kopi itu berada. Apakah itu cafe romantis kekinian? Jujur itu adalah lapak sederhana saja. Sebagian besar janji ketemuan kita ada disitu. Disitulah tempat terbanyak yang merekam kita bertemu, andai jika ada cctv nya. Pinginku sih, datang saja ke rumahmu. Aku pingin bertamu dan menjemputmu. Dan aku ingin bilang memohon ijin pada ayahmu untuk mengajakmu pergi. Kukira itu sangat gentelmen. Tapi kau sendiri yang melarang aku datang bertandang. Alasanmu demi menjaga omongan tetangga kanan kiri. Memang malas mengurusi ghibah tetangga. Cerita tentang ubi, bisa jadi tape atau kolak.Â
Kutersenyum sendiri melihat cara kita janjian bertemu. Kayak backstreet saja. Kayak dilarang larang hubungan ini. Padahal aslinya tidak. Coba hitung sendiri, umur kita berapa. Soalnya sudah masuk kategori ABG kadaluarsa. Dan jangan ragukan komitmen dan tanggung jawab dari hubungan ini. Andai kamu nuntut resmi, Yo ayo sayangku. Aku siap kok. Aku akan jawab itu. Lha aku sudah nawaitu dengan kamu. Jika dibikin ruwet yang bikin pusing, ayo kita minggat saja. Bumi ini masih luas dan sangat luas. Dunia bukan di kampung ini saja. Jalan nekad akan jadi tekad karena ini cinta. Dan cinta pasti saling dukung dengan tidak terima alasan apapun. Yang penting bersama, mari berangkat. Tak ada tantangan apapun yang akan dikhawatirkan. Jodoh dan Rejeki sudah ada yang ngatur. Jadi enjoy saja.
Pagi itu aku memang kepagian nongkrong di kopi Joyo. Kamu masih harus tanggung jawab ngurusi kegiatan rutin dirumahmu. Kamu masih masak, dan beres beres rumah. Seharusnya aku nunut sarapan saja dirumahmu, namun mungkin belum saatnya. Jadi aku pesan sarapan mie instant saja di warung itu.
Hingga usai sarapan dan kopiku dari panas hingga dingin, kau memang belum muncul juga. Bahkan sampai bosan main hape dari pagi sampai menjelang siang. Disinilah aku mengerti, urusan rumah memang super ribet. Dan bagiku kamu itu wanita hebat. Salut deh.
Dan siang itu kita berangkat dari warung kopi Joyo. Bak Romeo Juliet merenda kasih menuju bahagia. Nikmati saja apa yang ada. Jalani saja kisah ini tanpa protes dan sambat.Â
Teman tapi Sayang. Jika tak sayang, mana mau kau pergi berdua bersamaku. Tanpa sayang, tentu kau menolak. Banyak juga yang harus kita perbincangkan. Hubungan ini bukan untuk masa lalu atau hari ini saja. Ada mimpi dan harapan untuk segera memulai hidup bersama yang indah di masa depan. Kapan? Bukan soal kapan. Tapi bagaimana membangun hubungan ini semakin dekat dan nyaman.Â
Jika sudah bersama, rasanya berat untuk pulang. Yang jelas, jika kau tidak sayang, kau pasti tak butuh hadirku. Walau kau tak pernah memanggilku sayang, tapi aku  telah memanggilmu sayang sejak kita pertama kali jadian. Aku tak peduli dengan caramu menyayangi aku. Itu caramu, dan aku menerima dirimu apa adanya. Konsep teman, mungkin cara komunikasi terbaik bagi kita berdua. Tak masalah, karena besok hari kau akan jadi teman hidupku. Kita akan punya buku nikah. Dan aku tak perlu menunggu lama untuk bertemu. Aku milikmu, kau milikku. Teman Tapi Mesra. Teman Tapi Sayang.
Malang, 3 November 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Romansa Asmaraloka 8
-------------------------
Baca Seri Cerpen : "Romansa Asmaraloka" lainnya disini : https://www.kompasiana.com/tag/romansa-asmaraloka