Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit Masa Lalu (Seri Sajak langit #17)

17 Oktober 2022   19:14 Diperbarui: 17 Oktober 2022   20:02 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri seri sajak langit #17

Puisi : Langit Masa Lalu

Termenung. Tafakur dibatas langit. Ada apa disana. Langit tak kosong. Kehampaan penuh tanda. Tanda agar manusia mau berpikir.

Tak bisa kau simpulkan sendiri. Jangan sombong, merasa terpintar. Paling tahu, paling paham. Padahal itu versimu sendiri, tanpa ilmu.

Langit yang kita pandang, langit masa lalu. Bintang terdekat, matahari. Apa itu kondisi sekarang, saat kau melihatnya. Sesuai ruang waktu bumi. Ternyata itu kondisi matahari 8 menit yang lalu.

Bintang Sirius, berjarak 8,6 tahun cahaya. Saat sekarang melihatnya, itu kondisi 8,6 tahun lalu waktu bumi. Cahaya kerlap Kerlip Sirius, butuh 8,6 tahun cahaya saat mata melihatnya.

Galaksi terdekat kita, Andromeda. Jaraknya 2,5 juta tahun cahaya. Melihat Andromeda sekarang, adalah kondisi 2,5 juta tahun lalu. Apa yang kau lihat di langit jauh, cahaya cahaya itu, terjadi dimasa lalu.

Langit masa lalu. Bintang bintang itu, cahaya cahayanya sampai kita melihatnya. Butuh waktu yang lama dalam ukuran waktu bumi. Maha Besar Allah dengan segala Ciptaannya.

Langit tetap mempesona. Langit penuh misteri. Belajar langit membuatmu sadar. Bahwa kesombongan manusia bagai titik debu. Yang hampa bukan langit, tapi manusia yang bodoh dihamparan semesta.

Malang, 17 Oktober 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk seri sajak langit 17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun