Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan di Malam Minggu (Seri Puisi Asmaraloka #23)

8 Oktober 2022   23:30 Diperbarui: 8 Oktober 2022   23:31 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri seri puisi Asmaraloka #23

Langkah kaki telusuri Selasar kenangan. Tapak rindu dalam genggaman. Dirangkai dalam sajak percintaan. Ini kita, aku dan engkau yang disatukan.

Tak perlu sembunyi. Rugi, mengurusi orang orang iri. Merekalah makhluk pemuja dengki. Tukang ghibah yang sakit hati.

Jalani saja. Bukan mereka yang jamin rejeki kita. Tapi mereka sok suci, seolah tiada cela. Hanya pandai mencerca, tapi sesungguhnya mereka Iri tak punya daya.

Mungkin tertawalah mereka. Terbahak melihat kita. Terjebak dalam hujan di malam Minggu di Jogja. Seolah kita tak mampu menikmati rasa.

Hujan mengajarkan syukur. Menumbuhkan benih terbaik agar tumbuh. Hujan itu menentramkan. Karena cinta membuat syahdu, sementara benci membakar. Memberi tanda hangus, tanda tak mampu.

Ini hidup kita, tak perlu diperdebatkan. Biarlah hujan memeluk kenangan. Tak perlu ceritakan, karena bukti nyata ada dihadapan. 

Malioboro, 8 Oktober 2022

ditulis oleh Eko Irawan 

untuk Seri Puisi Asmaraloka 23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun