Tuhan, Kenapa engkau sibukkan aku dengan langit. Tafakurku ini kagum. Kau buat aku memandang dari ketinggian. Mampukah aku tidak sombong.
Diriku, dalam lelah menapak TitahMu. Aku mendaki tahapan hidupku. Jagad alit yang belum kupahami. Tapi jagad besar menanti kuteliti, dalam bait kata puisi.
Kesadaran menembus kosmik. Banyak hikmah bisa dipetik. Spektakuler hidup yang menarik. Rasa syukur dalam bait bait.
Sungguh pengetahuan ini hanya sedikit. Tergerak hati, turut menemukan jawaban misteri rumit. Jangan sesatkan aku duhai Penguasa Langit. Tafsir framing penulis sajak langit.
Manusia bak debu dilautan semesta. Bumi hanya titik mungil diangkasa. Mendaki kesadaran tertinggi sebagai upaya. Berusaha berguna dalam singularitas takdir dan nasib anak manusia.
Bimbing aku Tuhan. Karena Tanpamu, aku debu yang musnah tanpa Tujuan. Kesadaran ini butuh diperjuangkan. Menjadi Insan Kamil manusia Idaman.
Malang, 26 September 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk Ultimate Consciousness Series #2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H