Berparade. Berjalan diiringi dentuman musik. Bergoyang joget gembira, dengan yel yel ceria. Menghibur warga yang haus hiburan. Memeriahkan Peringatan Kemerdekaan.
Sumbangsih warga, berpartisipasi gembira. Dari dusun hingga tingkat kota. Setelah lama dibelenggu covid nan durjana. Keluar untuk bangkit, majukan budaya.
Memaknai Hidup bak Karnaval. Jadi panggung besar pembelajaran. Semua pamer busana kebanggaan. Sejenak lupa problema kehidupan.
Masalah memang tak perlu diceritakan. Lebih baik disimpan, agar tak jadi ghibahan. Diceritakan pun belum tentu ada yang pedulikan. Dibalikmu jadi lelucon olok olokan.
Hidup seperti potret karnaval. Menghibur diri, menghibur penonton. Sejenak menikmati bahagia. Penuh canda tawa gembira. Setelah itu kembali. Kembali pada siapa dirimu, sehari hari.
Bersyukurlah, karena itu membuatmu bijak. Bukan sok filosofis dan menggurui. Apalagi sok menasehati. Ideal bagimu belum tentu ideal bagiku. Tak merasa, pasti tak pernah tahu jadi apa. Inilah pembelajaran hidup, dari karnaval.
Malang, 11 September 2022
ditulis oleh Eko IrawanÂ
untuk Seri Hari Hari puisiku 61
Â