Setidaknya, ini tempat tertinggi. Diatap rumah sendiri. Tafakur nyaman, menggali inspirasi. Menemukan jati diri.
Loteng jadi cerita. Loteng dalam nuansa. Biarkan orang bicara. Walau tertinggi, ternyata masih dibawah atap angkasa.Â
Walau aku penguasa loteng. Tapi tampar aku, jika diri ini sombong. Diatas langit, masih ada langit. Dan langitku baru loteng.
Loteng terhebat. Loteng tertinggi. Semua ada di loteng. Tapi itu baru lotengku sendiri. Diatasnya masih ada loteng langit. Lalu Apa yang bisa kupamerkan pada dunia.
Lotengku, masih dahsyat loteng langit. Sungguh sombong itu memalukan, cara sok pintar tapi tak tahu diri. Lupa jati diri. Karena hebat, adalah ujian. Apa kamu terbaik dipanggung Tuhan.
Barak Nila Slilir, 9 September 2022
ditulis oleh Eko IrawanÂ
untuk Seri Sajak Langit 11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H