Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Loteng (Seri Sajak Langit #11)

9 September 2022   19:08 Diperbarui: 9 September 2022   19:15 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri Sajak langit #11 dokpri

Setidaknya, ini tempat tertinggi. Diatap rumah sendiri. Tafakur nyaman, menggali inspirasi. Menemukan jati diri.

Loteng jadi cerita. Loteng dalam nuansa. Biarkan orang bicara. Walau tertinggi, ternyata masih dibawah atap angkasa. 

Walau aku penguasa loteng. Tapi tampar aku, jika diri ini sombong. Diatas langit, masih ada langit. Dan langitku baru loteng.

Loteng terhebat. Loteng tertinggi. Semua ada di loteng. Tapi itu baru lotengku sendiri. Diatasnya masih ada loteng langit. Lalu Apa yang bisa kupamerkan pada dunia.

Lotengku, masih dahsyat loteng langit. Sungguh sombong itu memalukan, cara sok pintar tapi tak tahu diri. Lupa jati diri. Karena hebat, adalah ujian. Apa kamu terbaik dipanggung Tuhan.

Barak Nila Slilir, 9 September 2022

ditulis oleh Eko Irawan 

untuk Seri Sajak Langit 11


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun