Kapan puisiku punya panggung. Dalam deru debu kini. Kuberdiri ditapak langkah binatang jalang. Puisi Ayo bangkit.
Aku menulis. Tapi tak akan kupaksa. Untuk suka aku. Biarkan langit bumi menilai. Aku ada. Untuk panggungku sendiri.
Kubawa nyalamu. Tak perlu Hidup seribu tahun. Tapi hidup sepuluh ribu tahun. Menjaga pekik merdeka. Mengawal Harga diri. Hargai atau tidak, ini aku.
Puisi, ayo bangkit. Jadilah abadi. Jadilah nyawa. Agar deru juang tetap membara. Me-reka ulang semangat. Bahwa sekarang itu bukan fashion week.
Bacalah puisi puisi. Dunia indah dalam bait kata. Kau tertawa melihatku berpuisi? Kau anggap lucu. Terserah. Jika Chairil masih hidup, kau baru tahu.
**********
Di Tulis di bawah Monumen Chairil Anwar, Kajoetangan MalangÂ
Oleh Eko IrawanÂ
Untuk Seri 100 tahun Chairil Anwar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H