Waktu sudah jauh melaju. Masa depan sedang menunggu. Mau apa, dimulai sekarang. Tapi sekarang, tetap tak paham. Walau kau bilang sangat paham. Sungguh Aneh dan bodoh.
Curhat saung bambu. Jangan menunggu. Selesaikan demi waktu. Karena kita sudah terlalu lama terpaku. Membahas hal tak perlu. Kaburkan solusi, jadi mengejar hakekat semu.
Kunci utama, selesaikan dulu. Jika digantung, sampai kiamat juga palsu. Karena sibuk urusan semu. Hasilnya mengharu biru.
Kita melanggar aturan langit. Merekayasa hukum Illahi, jadinya pahit. Susah rejeki, hidup jadi sulit. Terperjara karma yang rumit.
Curhat saung bambu. Belum usai, karena egois. Tak mau disalahkan. Padahal itu menyiksa diri. Kita butuh masa depan, karena kalah menang sudah kadaluarsa. Haruskah hidup dipeluk derita.
Tentu kewarasan ini, menolak. Hidup bukan berpasrah, tapi berkiprah. Punya otak itu untuk temukan solusi, bukan memuja ilusi. Curhat saung bambu, final. Saatnya lembar baru dibuka.Â
Wisata Gunung Tambuh, Lumajang, 24 Juli 2022Â
ditulis oleh Eko Irawan, untuk Seri Hari Hari Puisiku #53
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI