Masa depan. Karena kemarin sudah jadi penderitaan. Untuk apa dipertahankan. Jika terus disiksa sakit dan kesulitan.
Siapa mau hidup mengambang. Tak pasti. Tak jelas. Apa seperti ini hidup bahagia suami istri. Penuh intrik dan drama. Berisi sandiwara, pura pura baik baik saja.
Mau bahas apa. Dulu sudah hitam. Diulas, hanya jadi cara mudah, menolak rejeki. Jauh dari berkah. Tuhan punya syariat. Tak perlu direkayasa. Sudah hitam. Tetap hitam. Tak akan jadi putih.
Cinta itu suci. Dan kemarin terbukti dinodai. Itu bukan soal aku, tapi itu kehormatanmu. Cara binatang lagi. Sungguh cara dendammu berhadiah petaka. Jadi karma penuh derita.
Saatnya diputuskan. Dengan tegas. Inilah hitam putih kepastian. Selama ini sudah mencoba bertahan. Seribu hari lamanya. Apa masih kurang? Hanya orang bodoh yang mau terus terusan.
Itu sudah jadi bukti. Apa mau diingkari. Syariat langit tak Ridho. Tak ikhlas. Tak berkah. Bahkan marah. Diteruskan hanya menambah sengsara. Sudah ada bukti, kenapa masih cari cari alasan lagi.
Terbaik, sudahi saja. Jangan egois. Jangan sok. Kita sudah tak sejalan. Lebih baik putuskan. Agar keridhoan langit, membuka berkah. Dalam hitam putih kepastian.Â
Pasirian Lumajang, 24 Juli 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk Seri Hari Hari Puisiku #51