Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Utopia Para Penulis (Seri Sketsa Sam Oke #4)

22 Juli 2022   19:32 Diperbarui: 22 Juli 2022   19:38 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku sibuk banget. Dikejar deadline. Tulisanku terus kejar tayang. Belum harus menyiapkan materi untuk zoom online. Sejam lagi ada meeting dengan penerbit buku. Besok harus keluar kota untuk mengisi seminar. Full. Tapi Alhamdulillah, penghasilanku mencukupi. Semua kebutuhan anakku sudah tercover dari honorarium aktivitas menulis ku."

Itulah utopia para penulis. Akankah bisa seperti itu? Semoga. Bersyukurlah yang sudah menikmati kesejahteraan seperti diatas. Bagi yang belum, semoga artikel utopia para penulis ini bisa jadi motivasi yang menginspirasi.

PENULIS PEJUANG LITERASI

saya pribadi belum bisa mengandalkan menulis sebagai profesi yang mampu memberikan penghasilan nyata untuk kehidupan saya pribadi. Untuk akun ini saya baru berstatus Junior, sehingga belum ada hak untuk dapat k-reward. Untuk akun saya terdahulu, sebenarnya sudah masuk status penjelajah dengan 1014 artikel sudah tayang di Kompasiana. Namun akun saya tersebut diblokir sepihak oleh admin tanpa saya tahu alasannya kenapa. Saya berusaha mengaktifkan kembali akun tersebut melalui mekanisme yang sudah ada, tapi admin bilang, untuk akun yang sudah diblokir tak bisa diaktifkan kembali dan saya harus daftar akun baru. Saya salah apa? Itu yang jadi misteri bagi saya. Jika saya melanggar ketentuan, tentu artikelnya yang dihapus, tapi untuk saya, kenapa akunnya yang diblokir? Daripada pusing mikir akun, saya malah terhenti menulis, maka munculnya akun ini, karena saya punya panggilan hati untuk jadi penulis pejuang literasi. Dunia literasi terbukti mendukung bangsa menjadi negara besar yang kaya literasi.
Namun namanya pejuang, saya harus terus konsisten mewujudkan utopia para penulis agar terwujud. Perjuangan ini memang butuh waktu, dan utopia hidup sejahtera pasti terwujud suatu waktu nanti.

Utopia para Penulis

Anggap saja mimpi, tapi mimpi yang bisa dicapai. Andai sesama kompasianer mau guyub rukun saling mengapresiasi setiap artikel, Sudi saling jadi pengikut, mau saling memberi rating dan memberikan komentarnya, tentu setiap artikel yang tayang jadi bermakna. Kapasitas menulisnya akan tumbuh dan meningkat. Secara tidak langsung jadi semangat dan percaya diri karena bagaimanapun kualitas artikelnya, tetap ada apresiasi secara signifikan. Bayangkan jika artikel yang kita buat minim viewer. Hanya dilihat judulnya, lalu lewati. Apa semangat yang bersangkutan? Iya kalau beliaunya penulis mapan, tak masalah. Ini rata rata menulis menengah ke bawah. Belum dapat apa apa dari aktivitas menulisnya. Terus bagaimana ceritanya, karena untuk menulis ini sekalipun gratis, tapi penulis yang pakai handphone seperti saya, ada syarat harus punya kuota paket data dan itu tidak gratis. Harus beli. Kerja dibidang lain, hasilnya untuk bekal jadi penulis. Termasuk harus membiayai sendiri segala aktivitas menulis, seperti beli buku sumber, wawancara, riset, penelitian dan pengamatan harus pergi hingga luar kota.
Dalam skala terbatas, para kompasianer tentu ingin memperoleh k-reward. Kalau bisa sesuai upah minimum dan rutin diterima perbulan. Wah, asyik banget itu, bisa hidup layak kayak orang orang.
Utopia para penulis, tentu ingin karyanya dibukukan. Itu suatu kebanggaan lho, bisa nerbitin buku. Bisa ngisi seminar. Dan tentunya punya penghasilan dari aktivitas menulis. Profesi penulis sebagai pejuang literasi ini sangat terhormat. Tulisannya jadi referensi. Bisa menginspirasi. Beliaunya jadi semakin rajin amal ilmu, dan imbal baliknya kesejahteraan finansialnya meningkat.
Sayapun bercita cita seperti itu. Bagaimana dengan anda?

Demikian sketsa Sam Oke Tulisan ke #4, semoga mampu menginspirasi dan jadi bahan renungan yang menumbuhkan semangat untuk terus prodoktif menulis. Kalau saya pribadi menempatkan proses menulis sebagai hobby. Susah seneng, saya tetap berjuang untuk menulis. Selalu cari cara untuk tetap menulis walau secara finansial lagi menangis.
Terima kasih sudah mau mengapresiasi artikel ini, atas bantuannya saya sampaikan terima kasih.

Malang, 22 Juli 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Sketsa Sam Oke #4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun