Tersebutlah diri sebagai pemimpi. Mendamba dunia ideal. Sempurna. Bohemian kata, merangkai rasa. Mampukah merencanakan Utopia.
Saat ditagih tentang bukti bukti. Â Sadarkah jika hanya ditonton, jadi berat. Juang itu ada pasang surut. Ada dilema. Kau tahu? Tak mau tahu? Atau kenapa?
Katanya sudah lama. Ditunggu. Dinanti. Hasilnya, sangat diharapkan. Dibutuhkan. Jadi tuntutan. Wajib ada. Jika ini juang bersama, kenapa hanya ditonton ?
Sungguh ini bukan panggung drama. Â Yang tak lucu untuk ditonton. Â Â Â Â Â Â Â Utopia ini, motivasi. Agar hidup, lebih hidup. Menyala. Dulu kemana, kenapa sekarang bertanya?
Rahasia tanpa sinergi, jalan sendiri sendiri. Jika gagal, protes, pandai menyalahkan. Lihai cari alasan. Dukungan hanya kata, tanpa mau lelah usaha.
Utopia memang bukan minimalis. Juga bukan janji. Itu konsep langit. Agar kita tak pasrah berpangku tangan. Apatis. Putus asa, karena belum apa apa, sudah menyerah.
Utopia itu agar kita punya mimpi. Tapi tidak untuk mimpi terus. Harus bangun, dan berani melangkah. Bukan menunggu. Menanyakan bukti, tapi tak tulus mendukung langkah. Bukan itu.
Utopia adalah semangat. Melihat melampaui mimpi. Melangkah melebihi angan. Berjuang dan usaha dilandasi doa. Siapa bersungguh, Jalan Tuhan akan Terbuka. Dalam TakdirNya.
Malang, 22 Juli 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ