Seri Sketsa Sam Oke #1
Ini Malang, Jawa Timur, Kota tempat tinggalku. Satu yang unik disini adalah memiliki pengucapan bahasa Jawa yang gaul. Osob kiwalan namanya. Boso walikan khas malang yang digunakan sebagai bahasa gaul sehari hari oleh arek malang.
Namaku, biasa dipanggil Mas Eko. Bagi yang sudah akrab, mereka memanggilku Sam Oke. Inilah inspirasi awal saya ingin menulis seri Tulisan sketsa Sam Oke, diawali dari mereka yang memanggil namaku cara Kera Ngalam.
Bincang bincang dengan ditambahi osob kiwalan ini bisa semakin asyik dan akrab saat nongkrong di Dunia Ngopilogi. Kongkow bersama sahabat, teman baru dan kolega di warung kopi. Dengan ngopi bersama, bisa menumbuhkan sinergitas dan keakraban sesama penggemar kopi.
"Ayo Ngipok," adalah ajakan keakraban untuk acara ngopi bersama. Budaya Ngopi jadi tradisi asyik dari warung pinggir jalan bertarif 3-4 ribuan, hingga cafe di hotel berbintang dengan harga segelas kopi bisa selangit.
Dunia Ngopilogi menurut saya adalah dunia penuh semangat, karena kopi bisa menyegarkan pikiran dan membuka inspirasi baru. Itulah mengapa di seri #1 Sketsa Sam Oke ini mengangkat tema tentang budaya Ngopi. Tentu karena saya penggemar kopi dan membutuhkan  kopi sejak saya bangun tidur. Bagi yang tidak suka kopi, saya mohon maaf, karena tidak ada paksaan dalam kamus dunia Ngopilogi. Ngopi atau tidak adalah hak merdeka bagi semua manusia.
Dunia Ngopilogi adalah dunia curhat, dari berita up to date hari ini, masalah rumah, masalah hobby hingga bertukar informasi masalah pekerjaan. Bahkan sarana paling tokcer untuk pendekatan pada gebetan. Saya melihat banyak pasangan muda, asyik berdua dengan hidangan kopi. Perkembangan ngopi memang semakin pesat di seputar malang, karena malang jadi jujugan para muda dari seluruh Indonesia untuk kuliah yang banyak bertebar di kota malang.
Saya mulai mengenal kopi sejak balita. Masih ingat gelas besar berisi kopi pahit disediakan Nenekku setiap hari. Katanya untuk obat penolak step. Dulu nenek bikin  bubuk kopi secara tradisional dengan cara ditumbuk. Kopinya campuran Karak dan jagung. Sisa nasi yang tak habis dimakan, dijemur hingga kering dan dijadikan bahan campuran kopi. Rasa kopinya memang mantap. Dan racikan kopi seperti ini sudah sulit ditemui, kecuali saya bertamu ke desa desa terpencil yang jauh dari mini market.
Tradisi Ngopi terus berlanjut hingga dewasa. Dulu saya punya langganan Kopi di belakang kantor saya bekerja. Warung Mbah LAN jadi tempat saya rehat melepas penat. Bahkan pagi sudah minta dibikinin kopi susu. Jika ada teman bertamu, disitulah kita bertemu untuk diskusi banyak hal. Namun Warung ini sudah hilang dan berhenti sejak Mbah LAN meninggal. Al Fatikah untuk Mbah LAN dan istrinya. Mereka berdua pernah menghiasi hidup saya dengan banyak hal.