Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pandora Spes Nova 3

19 Juli 2022   18:15 Diperbarui: 19 Juli 2022   18:19 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandora Spes Nova 3 dokpri

Duhai sang waktu. Jika tiba saatnya. Semua terbuka. Bisa apa kita. Protes yang terlambat. Kenapa tak sedari dulu diurai. Dibiarkan jadi misteri. Tapi diakhir menghakimi.

Bukan soal salah benar. Bukan soal kalah menang. Semua sudah terjadi. Wujudkan hari hari penuh drama. Bukan tontonan menghibur. Apalagi lucu. Tapi intrik sandiwara yang penuh pura pura. Menanam luka, menabur duka.

Sekarang bukan andai lagi. Tuntutan itu ada. Jadi nyata. Ditagih. Dipertanyakan. Logika waras diputar balik. Hadapi bara api yang menyala. Membakar amarah, menabuh genderang perang.

Baca juga: Pandora Spes Nova

Akankah ada harapan. Pandora Spes Nova. Semua fakta. Semua data. Semua terbaca. Ini terjadi karena doa. Saat kau melakukan itu, kau mengucap apa. Sekarang dijawab langit bumi. Diwujudkan. Lalu kau mau bilang apa?

Saat Panji Illahi menentukan takdir. Bertahan hanya memelihara kepalsuan. Pura pura bahagia. Pura pura baik baik saja. Ini hidup nyata. Dan rejeki langit bumi tertolak, semakin sengsara hidup kita. Didunia tersiksa, mati dibakar neraka. 

Saatnya bijak, letakan ego dan dendam kesumat. Perselisihan. Pertikaian. Permasalahan. Perbedaan. Itu semua menghancurkan. Kasihan yang membawa Panji penerus keturunan. Mereka mau mewarisi apa, jika drama ini membawa nasib mereka. Itu sangat bodoh.

Baca juga: Pandora Spes Nova 2

Terbukalah kotak kutukan. Tak bisa dilawan. Itu dilakukan berdasar doa dan ucapan. Aku adalah jiwa yang telah dikembalikan. Artinya, kau tukar sendiri nasibmu. Kau jual masa depanmu. Kau sudah tak butuh aku. Menolak aku secara dzolim. Apakah Tuhan Yang Kau Sembah melupakan itu? Semua ini dicatat, tanpa salah. Tanpa korupsi. Dan benar, tanpa kenal pikun.

Jika sekarang beralasan. Apa bisa merubah keadaan. Dimaafkan hanya mempermainkan Hukum Tuhan. Itu syariat langit. Dan itu kau nodai. Lalu pura pura itu perbuatan terpuji. Dilanjutkan hanya menerima karma. Hidup tersesat seperti sekarang adanya.

Jawaban itu akan tiba. Solusi agar tidak terus terusan sengsara. Berkah akan tiba, pada mereka yang percaya. Jika diakhiri lebih baik, kenapa memilih bertahan dalam hidup penuh karma. Siapa mau, karena sekarang umur menua. Sisa hidup harus bahagia. Tanpa sandiwara.

Malang, 19 Juli 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun