Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romansa Asmaraloka 4: Kenangan 1 Juli

9 Juli 2022   00:18 Diperbarui: 9 Juli 2022   00:43 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak Payung, kota Wisata Batu. Akan terus diingat. Karena sejak 1 Juli, tiga tahun lalu, kita sepakat untuk bersama. Dan Kamis itu, kita jalan kesana.

Setelah 3 tahun, kita belum pernah mengenangnya. Apalagi merayakannya. 1 Juli hari Bhayangkara. Tapi bukan itu, karena 1 Juli akan jadi kenangan. Sebagai awal kita menyatu. Kisah Dua anak manusia, yang bertemu karena cinta. Dan karena itu, hidup jadi indah.

Jika tak ada benih cinta, mana mau kau kuajak jalan berdua. Tentu tak mungkin. Tapi karena ada sesuatu, maka jadilah kisah terindah itu. Kenapa tidak sedari dulu, tapi pertemuan itu baru terjadi. Itulah kode awal kisah kita.

Kabur dari kantor, itulah yang kulakukan demi dirimu. Demi perjalanan itu. Hari itu sebenarnya aku kerja, tapi karena waktu itu kau jawab iya, maka jangan lewatkan kesempatan. Ayo ladubkan! Begitu osob kiwalan khas arek malang berujar. 

Kenangan 1 Juli, akan tetap ada. Kau juga barusan kangen untuk bertandang ke sana. Mengajakku tiba tiba, walau aku tiada rencana. Baru paham aku, jika kita sama sama punya kenangan yang sama.

Puncak payung kota wisata batu. Biasanya ramai saat tahun baru. Tapi belum pernah kita merayakan disana. Karena 1 Juli bukan tahun baru. Tapi awal baru kita jadian.

Untuk cerita. Duduk semeja. Becanda santai. Menceritakan diri masing masing. Sambil menyantap menu bakso 7 rasa. Pedas, manis, asam dan apalah itu. Tapi kita akan selalu datang dan datang lagi.

Kita memang tak lagi muda. Bagi ibu bapak warung, mungkin menganggap kita nostalgia. Mengenang masa pacaran jaman muda. Itu yang kubaca dari tatapan mereka. Tapi sebenarnya, ini baru sekarang. Baru merayakan pertemuan pertama 1 Juli beberapa hari yang lalu.

Kita pernah sebangku di sekolah dasar. Terlalu polos jika dianggap pacaran masa itu. Juga tak tahu jika dirimu ternyata jodohku. Dan sekarang itu 33 tahun berlalu, setelah kita lulus sekolah dasar. Ya baru sekarang kita bertemu dalam kasih.

Kita tak banyak janji. Karena janji itu berat untuk bisa menepati. Kita sepakat jalani bersama apa adanya. Tak muluk muluk. Jalani saja. Dan kau bukan penonton, karena kau ikut dalam perjuangan bersama. Agar sisa hidup kita punya makna. Ada aku, ada dirimu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun