Inspirasi Buku 1
Cinta baca Ulas dan Kutip
Inilah seri awal dari apa yang saya sebut sebagai inspirasi buku. Artikel yang saya tulis itu tujuannya adalah menginspirasi, satu kesatuan dari seri Inspirasi Eko Irawan yang lain. Tulisan tersebut harus punya manfaat minimal menghibur para pembacanya. Setelah sudah lama meninggalkan bangku sekolah atau kuliah, kebiasaan membaca itu memang mulai berkurang, bahkan cenderung surut. Apalagi kualitas dan kuantitas dalam hal menulis. Banyak inspirasi yang diketemukan seseorang itu, hilang tanpa ditulis dan akhirnya tidak bisa mengilhami dan punya manfaat bagi orang lain. Nilai amal ilmu jadi hilang, padahal ilmu yang bermanfaat itu adalah pada saat ilmu tersebut berguna bagi orang lain. Dengan menulis, seseorang bisa menginspirasi orang lain yang Sudi membaca hasil karya tulisnya tersebut. Dan maksud seri inspirasi buku disini, adalah mencoba membaca artikel apapun bentuknya, agar kita mampu membuka wawasan pemahaman sehingga kita dapat mengulas tentang suatu ilmu pengetahuan. Ilmu tersebut akan bermanfaat bagi orang lain melalui proses kita kutip dan kita share melalui tulisan yang kita buat. Jadi inspirasi buku adalah kepanjangan inspirasi dari proses membaca, mengulas suatu materi bahasan serta mengutip apa yang kita dalami dan pahami melalui share atau berbagi dalam bentuk tulisan. Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah melakukan baca, ulas dan kutip melalui tulisan atau media lain yang lebih relevan? Selamat berbagi manfaat melalui literasi. Â
Perkembangan Dunia Buku
Siapapun mengenal buku sejak pra sekolah. Kemampuan membaca aksara memang bekal utama bagi manusia modern. Buta huruf adalah awal pembodohan suatu bangsa sejak masa penjajahan. Pengenalan dunia buku seiring sejalan dengan masa sekolah dan kuliah. Namun setelah lulus apakah dunia buku sudah ending? Rumah rumah masyarakat dilingkungan sekitar kita sudah jarang diketemukan buku berada dalam rumah mereka. Seolah buku sudah tamat setelah lulus dan nasib buku jadi barang loakan dan jadi bungkus di lapak tukang sayur. Bahkan buku dirumah rumah mereka, sulit diakses untuk dibaca, seolah itu jimat rahasia yang tak semua orang boleh tahu.
Pertanyaannya, apakah setelah lulus itu sudah tidak perlu membaca dan tidak perlu meningkatkan kualitas kecerdasan pribadi.
Perkembangan dunia buku memang terus mengikuti pertumbuhan tehnologi. Majalah dan koran cetak mulai digerus dunia online. Format tehnologi pdf menciptakan koleksi buku bacaan bisa disimpan di handphone. Tehnologi sudah membantu manusia meningkatkan peradaban literasinya. Namun malas baca masih jadi penyakit akut netizen. Mereka memfollow up sebuah data dengan jawaban yang menunjukan tingkat pemahaman yang tidak cerdas dan semau tafsir gue. Hal ini menunjukan mereka tidak punya budaya membaca dan menunjukan kemalasan membaca, sehingga yang mereka tahu kadang hanya baca judulnya, tapi sudah sok paham dan sok tahu dan akhirnya kalangan inilah yang jadi sasaran empuk para penyebar hoax.
Kesimpulannya, membaca itu penting dan sepanjang usia. Rajin membaca hingga tua bisa mencegah pikun.
Kamu Punya buku Apa?
Pandangan sudah tak sekolah, tidak butuh buku adalah pandangan manusia miskin literasi. Dikira, memelihara sel otak sudah tidak dibutuhkan jika sudah lulus. Inilah awal mula, banyak manula pikun disekitar kita. Dimasa mudanya, mereka malas membaca. Jadi jika ingin pikun di masa tua, teruskan tradisi malas bacamu.
Alhamdulillah, koleksi buku dirumah saya mulai menuju sebuah perpustakaan mini. Saya butuh buku, karena saya butuh penguatan literasi untuk materi tulisan saya. Saya memang hobby baca tulis sejak remaja. Walau hingga hari ini saya belum pernah menerbitkan sebuah buku, namun kepuasaan dan kebahagiaan tersendiri jika mampu menginspirasi. Pelit ilmu bagi saya menunjukan kebodohan pribadi. Merasa pintar sendiri agar dipuji lingkungan sekitar adalah mubazir, karena tanpa ditulis, ilmunya akan sirna dan tidak berguna bagi peradaban manusia. Kemampuan mengingat dalam tradisi lisan akan terhenti setelah yang bersangkutan meninggal dan bukti omongan yang dibincangkanya selama hidup, tidak bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak ada bukti tertulisnya. Tehnologi YouTube sudah membantu mereka yang tidak ahli menulis untuk berkarya dalam bentuk audio visual. Namun sayang, yang tumbuh viral malah seri video joget joget kayak di aplikasi tik tok. Ya kalau dilihat, lucu dan aneh, karena yang digemari dan viral bukan materi yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Apa mereka kelak akan dikenang dalam sejarah sebagai pejoget viral, bukan pada kualitas ilmu yang bermanfaat pada kejayaan bangsa.
Ulasan Pojok Kampung
Disekitar kita banyak para komentator update yang ulas materi viral di pojok kampung. Setelah baca, tentu ada rasa ingin membagikannya pada orang lain. Saya pribadi kadang ulas juga dipojok kampung, tapi materi yang saya sampaikan tentang potensi ekonomi kreatif. Ternyata yang dipuji itu tentang materi gosib tidak bermutu, sementara materi yang saya sampaikan dianggap materi sales belaka. Saya ingin menginspirasi usaha UMKM dilevel kampung agar mereka punya penghasilan dengan memanfaatkan lahan sempit di kampung dengan budidaya ikan nila. Namun materi ini tidak ditanggapi, yang lebih menarik tetap Gosib artis dan permainan game online yang bonusnya chip dengan nila bilion. Entahlah, kualitas edukasi dan literasi mereka hanya nyampai segitu. Pojok kampung adalah tempat rehat jadi yang dibacakan juga hal sepele yang menghibur. Â
Menulis itu kutip dari pemahaman kita
Di Facebook dewasa ini sudah jadi wadah menyampaikan ide tulisan dari resep dapur, promosi dagangan hingga materi sejarah. Menulis itu cara menyampaikan gagasan dan pengetahuan agar bermanfaat bagi orang lain. Share ini tetap harus bijak karena jangan sampai menyebarkan hoax. Menulis itu tetap menggambarkan seberapa dalam kita mampu membaca dan mengulas suatu materi dan seberapa dalam wawasan kita menyampaikan pemahaman kita dalam bahasa tertulis. Sulit? Memang sulit bagi mereka yang pelit ilmu, tidak mau belajar dan menganggap sudah tidak sekolah itu sudah tidak dibutuhkan meningkatkan kapasitas dirinya. Yang memang sulit mereka yang kapasitas literasinya rendah karena malas membaca tapi sok tahu dan sok paham. Padahal ilmu jaman now itu tidak statis, tetap itu itu saja, tapi terus berkembang sesuai perkembangan jaman. Mereka yang malas baca, akan jadi generasi ketinggalan jaman. Tradisi belajar itu bukan berhenti setelah lulus. Belajar diluar sekolah memang tidak dapat nilai dari guru. Jika belajar motivasinya hanya dapat nilai baik untuk menggugurkan kewajiban belaka, maka belajar akan jadi beban seumur hidup dan faedahnya memperoleh hadiah pikun saat tua. Saya melihat bapak sepuh di lapak toko buku Wilis di kota malang. Usianya 80 tahunan, Â tapi masih gesit. Beliau masih saja cari buku bacaan yang dia belum baca. Saya tanya beliau, resep sehatnya ternyata rajin baca buku agar tidak pikun. Ternyata dia punya wawasan luas tapi tidak sombong.