Puncak Payung, i'm in love. Puncak itu naik. Disana Tahun 1222, 800 tahun yang lalu, Sang Amurwa Bumi membuktikan perjuangannya. Kita berdua hanya Napak tilas. Dan payung itu, teduh. Melindungi. Menuju puncak penuh perlindungan dalam cinta, cita dan asa. Itu dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan rasa ini. Tuhanlah yang mengatur skenario cinta kita. Tuhanlah yang berkuasa. Jadi kenapa kita takut omongan orang? Sungguh mereka telah melampaui Kuasa Tuhan. Astagfirullah.
Bismillahirrahmanirrahim. Kita tidak selingkuh. Kita dianugerahi rasa ini dari Yang Kuasa. Jangan ingkar dan dusta dengan ragu, apalagi ditukar dengan yang lain. Siapa? Apa mereka itu lebih sempurna? Hanya iblis congkak yang merasa amalnya setinggi langit. Aku hanya insan biasa. Yang berusaha lebih baik bersamamu. Tak ada dusta diantara kita, dan kita sama sama tahu alasannya. Ijab nikah segera melambai, mengundang kita dalam payung teduh Illahi. Menuju puncak memang perjuangan. Dan saat bahagia itu pasti Tiba. Karena badai pasti berlalu.
Puncak Payung, Â 4 Juni 2022
Ditulis Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H