Tahun 2013 lalu, pada akhir bulan Juni, seorang lelaki berdemo di Bundaran HI. Sugiyanto (43), demikian namanya, ditemani anaknya, Sarah Meylanda Ayu, memajang poster berisi kesediaannya untuk menjual ginjal.
[caption id="attachment_336045" align="aligncenter" width="468" caption="Foto : Kompas.com / Zico Nurrashid"][/caption]
Sugiyanto menyatakan bahwa dia terpaksa melakukan hal tersebut demi menebus ijasah Ayu di Pondok Pesantren Al-Asriyah Nurul Iman. Biaya penebusan ditetapkan sekolah senilai 17 juta rupiah, terdiri atas ijasah SMP 7 juta rupiah dan ijasah SMA 10 juta rupiah.
"Jangankan ginjal, jantung pun saya jual jika ada yang mau. Demi anak saya, saya rela mati", kata Sugiyanto pada hari itu.
Sungguh pernyataan kasih sayang seorang ayah yang tulus dan terlihat tersangat bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya.
Pihak ponpres sendiri sudah memberikan klarifikasi masalah ijasah tersebut, seperti dilansir Vivanews. Namun kabarnya tidak hanya Ayu saja yang mengalami masalah serupa, ada juga para santri lainnya, seperti diberitakan oleh Suara Merdeka.
Aksi Sugiyanto kala itu menarik perhatian Menteri Pendidikan M Nuh, yang segera bertindak membantu Sugiyanto dan Ayu. Ijasah dibantu diambilkan oleh pihak Kementrian, bahkan Ayu pun diberikan beasiswa untuk kuliah sampai D3 di Politeknik Jakarta.
[caption id="attachment_336065" align="aligncenter" width="460" caption="Ayu dan Sugiyanto bertemu Menteri M Nuh. Foto: Detiknews"]
Seharusnya cerita ini happy ending, karena masalah ijasah selesai, ginjal tak usah dijual, dan Ayu bahkan bisa kuliah gratis dengan mendapat beasiswa dari Menteri sendiri.
Sayangnya sang anak tidak bisa memelihara amanah yang diterimanya. Alih-alih belajar dengan rajin, supaya bisa lulus dengan nilai baik, bisa membuat bangga ayahnya dan sang menteri yang telah membantunya, Ayu malah terjerat kasih asmara dengan seorang pria beristri, dan lari meninggalkan kuliahnya terbengkalai.
Ayu diketahui menghilang sejak 10 April 2014 lalu, sesudah pamit pada ayahnya untuk kembali ke kostnya di Beji, Kota Depok. Karena tidak ada kabar lanjut tentang tibanya Ayu di rumah, Sugiyanto pun cemas dan memeriksa keberadaan anaknya itu, hasilnya nihil. Setelah seminggu mencari tanpa hasil, akhirnya Sugiyanto melaporkan ihwal kehilangan anaknya ke Polres Depok, dengan laporan resmi bernomor B/193/VI/2014/PMJ/Res Kota Depok.