"Waktu itu ada yang datang bilang, kalau mau, bisa damai segala macam. Kan aku nggak mau ladenin. Aku kan bilang aku demen makin dicecar itu kan kampanye negatif sama dengan kampanye juga," ujarnya, seperti dilansir Detiknews.
Saat itu, lanjutnya, Ahok mengaku tak berpikir untuk melapor ke polisi. Menurutnya saat itu dia tak punya bukti hukum yang kuat. “Bisa saja dijebak, tapi enggak ada waktu untuk menjebak-jebak begitu kan,” katanya.
Sayangnya Ahok mengaku tak berapa ingat jumlah uang yang diminta oleh pemerasnya saat itu. Dia pun merasa santai saja menghadapi serangan-serangan yang terkait dengan pemilik akun tersebut.
"Makin digituin makin deman gua, kan kampanye negative begitu sama dengan kampanye juga, jadi bagus kan, malah makin terkenal kita. Lah wong tim kita saja belum tentu bisa naikin berita begitu cepat. Walau kampanye hitam kan, orang akan tetap cari-cari kita, apalagi rekam jejak kita ketahuan orang. Kayak mutiara dibuang ke lumpur, akan tetap mutiara juga. Jadi yang penting rekam jejak benar, enggak usah khawatir, santai saja," pungkasnya.
Jadi sebenarnya tergantung pada para calon korban itu sendiri. Jika memang dirinya bersih, bisa saja bersikap cuek dan malah bisa memanfaatkan kepopuleran si macan, atau melaporkan ke polisi. Sayangnya memang para pejabat publik dan BUMN kita sekarang ini cenderung bermental korup, sehingga ciutan-ciutan semacam twitternya si macan sangat mendapat tempat, populer dan begitu ditunggu-tunggu, dan langsung menyebar secara massif dengan begitu cepat, tanpa perlu menyajikan data dan fakta pendukung yang kuat, dan para korban pun berjatuhan.
Saatnya kita bertanggung jawab atas apa yang kita tulis, upload, dan share di media sosial!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H