Mohon tunggu...
Irawan
Irawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pelahap informasi...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Misi Luar Angkasa, Ada Beda Antara Pria dan Wanita

20 November 2014   08:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:20 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam penerbangan dan misi mengarungi luar angkasa, adakah perbedaan adaptasi tubuh manusia antara pria dan wanita?

Berdasarkan data dari misi-misi luar angkasa selama puluhan tahun, ternyata perbedaan itu ada!

Sekelompok peneliti telah menerbitkan hasil kerja mereka dalam jurnal ilmiah bertajuk The Impact of Sex and Gender on Adaptation to Space: Executive Summary”, yang dimuat di media Journal of Women's Health -Volume 23, Number 11, November 2014. Mereka berasal dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), National Space Biomedical Research Institute (NSBRI), dan Valador, Inc.

Para peneliti tersebut membentuk 6 kelompok, dan kemudian menginvestigasi serta meringkas seluruh penelitian-penelitian terhadap manusia dan hewan di ruang angkasa sampai saat ini, baik yang dipublikasikan maupun tidak, yang berhubungan dengan perbedaan gender di 6 wilayah khusus, yaitu cardiovascular, immunological, sensorimotor, musculoskeletal, reproductive, danbehavioral.

Setiap grup terdiri dari ilmuwan dan dokter dari akademisi, NASA, dan anggota agensi federal AS lainnya, dan diketuai dua orang, dimana satu orang wakil NASA dan satu orang lainnya dari komunitas ilmiah eksternal. Secara khusus, Life Sciences Data Archive (LSDA) dan Lifetime Surveillance of Astronaut Health (LSAH) diekspolarasi lebih jauh. Masing-masing grup kemudian menerbitkan jurnal ilmiahnya sendiri-sendiri, yang kesemuanya itu kemudian diringkas dalam jurnal tersebut di atas.

Data pada penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan Juni 2013, secara demography internasional dari keseluruhan astronot dan kosmonot menunjukkan bahwa secara total ada 534 orang yang telah pergi ke luar angkasa, yang terdiri dari 477 orang pria dan 57 orang wanita. Sebanyak 129 astronot NASA telah terbang ke stasiun luar angkasa, terdiri atas 103 orang pria dan 26 orang wanita.

Hasil penelitian enam group terhadap perbedaan jender di misi-misi luar angkasa adalah sbb;

[caption id="attachment_376648" align="aligncenter" width="457" caption="Gambar: Journal of Women"][/caption]

1). Cardiovascular

Salah satu temuan penting adalahbahwa pasca-penerbangan luar angkasa, wanita mengalami dengan segera intoleransi ortostatik, yaitu ketidakmampuan untuk berdiri tanpa menjadi pucat dalam periode tertentu. Kondisi ini lebih umum pada astronot wanitadibandingkan dengan pria.

Temuan terpenting lainnya adalah tentang sindrom VIIP (Visual Impairment Intracranial Pressure) yang sampai saat ini adalah resiko kesehatan yang sangat serius pada penerbangan luar angkasa. VIIP mewujud dalam bentuk perubahan penglihatan secara anatomi, bervariasi dari yang ringan (contohnya globe flattening) sampai yang berpengaruh klinis (contoh optic disc edema), dengan dengan berbagaiperubahan yang sesuai dalam fungsi visual (misalnya, bergesernya hyperopic untuk memperluas blind spot). Dan sindrom VIIP ini berefek jauh lebih besar terhadap pria dibanding wanita.

2). Immunological

Pada dasarnya wanita lebih mempunyai potensi sistem kekebalan daripada pria, termasuk peningkatan produksi antibodi dan respon kekebalan yang diperantarai sel tubuh. Hal ini membuatwanita lebih tahan daripada pria terhadap infeksi virus dan bakteri; dan, sekaliterinfeksi, wanita dapat meningkatkan responyang lebih kuat. Ini berhubungan dengan adanya laporan bahwa terjadi perubahan fungsi dan konsentrasi pengaruh utamadari sistem kekebalan tubuh karena penerbangan luar angkasa.Selain itu, reaktivasi antigen virus laten terjadidalam penerbangan luar angkasa, yang dapat bertahan sampai dengan pascapenerbangan.Sehubungan dengan itu, sebuah misi eksplorasi luar angkasa dapat meningkatkan risikoterhadap awak pesawat yang mempunyai efek merugikan kesehatan, seperti penyakit menular, hypersensitivities, hypersensitivities, autoimmunity,and penyakit berbahaya.

Namun di sisi lain, ada bahaya radiasi pada penerbangan luar-angkasa, dan wanita lebih rentan terkena akibat buruk radiasi itu (seperti kanker payudara, misalnya) daripada pria.

3). Sensorimotor

Sepanjang masa transisi ke kondisi microgravity dalam misi-misi stasiun luar angksa, jumlah astronot wanita dilaporkan lebih banyak dari pria yang mengalami space motion sickness (SMS). Sebaliknya, dalam perjalanan kembali ke Bumi, astronot pria lebih banyak mengalami gejalai SMS ini daripada wanita. Namun perbedaan-perbedaan ini sangatlah tipis, mungkin karena sedikitnya jumlah sampel yang dapat dianalisis melalui data LSAH NASA.

Untuk sensitifitas pendengaran, terjadi penurunan yang lebih cepat pada pria dibanding wanita. Data LSAH bahkan memperlihatkan penurunan kemampuan pendengaran pada telinga kiri, yang hanya terjadi pada pria.

4). Musculoskeletal

Data menunjukkan tidak ada perbedaan yang cukup berpengaruh antara pria dan wanita dalam hal respon rangka tulang dan otot, dalam penerbangan dan misi luar-angkasa yang lama. Semua itu sangat tergantung pada invidividu itu sendiri, yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti intensitas olahraga, asupan makanan, penggunaan obat, tingkat stres, kualitas tidur, profil psikologis, factor genetis, dan tuntutan tugas misi yang sebenarnya.

5). Reproductive

Di luar angkasa, wanita lebih rentan terhadap paparan radiasi yang bisa menyebabkan kanker pada paru-paru, payudara, kelenjar gondok, dan rahim. Karenanya wanita diperbolehkan menghabisakan waktu di luar angkasa lebih sedikit daripada pria. Namun, di luar angkasa pria mengalami penurunan level testosterone yang akan kembali normal setelah berada di bumi.

Pasca penerbangan, banyak ditemukan kasus batu ginjal, yaitu batu Calcium Oxalate pada pria dan batu Struvite pada wanita. Selama penerbangan luar angkasa, dilaporkan adanya infeksi saluran kemih yang lebihsering terjadi pada wanita dan telah berhasil diobati denganantibiotik.

6). Behavioral

Hasil analisis dari pengukuran perilaku tidur dan neurobehavioral para astronot luar angkasa tidak menunjukkan perbedaan antara gender.

Lalu apa kesimpulan dari jurnal tersebut?

Rekomendasi yang dihasilkan sebagian besar berkaitan dengan kelanjutan penelitian ini, namun rekomendasi yang terpenting adalah, kirimlah lebih banyak lagi astronot wanita daripada pria dalam misi penerbangan luar angkasa!

Sumber: Journal of Women's Health -Volume 23, Number 11, November 2014

*tips: zoom halaman ini untuk melihat gambar dengan lebih jelas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun