[caption id="attachment_178591" align="aligncenter" width="500" caption="Taufik Hidayat"][/caption]
Beban berat sebagai satu-satunya harapan Indonesia di partai puncak akhirnya kini berada di pundak peraih emas Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat. Taufik menjadi harapan terakhir merah putih setelah tiga harapan Indonesia lainnya, Nova/Liliyana (NoLyn, red) dan Ana Rovita dan Sony Dwi Kuncoro terhenti langkahnya di babak 4 besar.
Setelah tumbangnya NoLyn di sektor ganda campuran, publik Istora kembali harus terpukul menyaksikan kekalahan jagoan terakhirnya di sektor tunggal putri. Dijamu oleh pebulutangkis peringkat 26 dunia asal Jepang, Sayaka Sato. Pertarungan keduanya teruntai unik sejak awal set pertama hingga penghujung set kedua karena secara perolehan poin Ana berhasil menguasai jalannya pertandingan. Namun ketika menjelang angka-angka kritis, Sayaka dengan pengalamannya mampu berbalik menekan permainan Ana dan akhirnya memenangkan pertandingan.
Pebulutangkis asal klub Djarum berperingkat 246 dunia ini lolos mengsankan setelah melewati pertarungan panjang dari babak kalifikasi dengan melibas para pemain yang lebih senior dalam hal pengalaman. Permainan reli Ana yang dipadu dengan kemampuan serangan unik antara bola lob dan drop shot yang sulit ditebak mampu membuatnya unggul jauh 14-4 di awal set pertama. Namun Sayaka yang juga meraih gelar New Zealand Open Grand Prix 2009 ini mampu terus menekan dengan mengubah pola permainan menjadi lebih agresif. Sempat mendekati perolehan poin Ana 13-14, pebulutangkis negeri sakura ini kembali tertinggal 13-18 ketika Ana mampu menciptakan peluang dengan lebih banyak menurunkan bola. Sayangnya di titik ini konsistensi dan pengalaman bertanding Ana yang kurang matang menjadikan keuntungan bagi Sayaka untuk berbalik unggul 19-18. Ana lebih dulu menyentuh match point 20-19 namun Sayaka kembali menghentak dan membalikkan keadaan 22-20.
Keadaan yang sama kembali terulang di set kedua. Ana selalu mampu mendahului perolehan poin Sayaka 7-1, 13-6 dan 17-10. Kemampuan Sayaka untuk mengolah pola permainan sayangnya tidak mampu diadaptasi dengan baik oleh pebulutangkis yang baru saja beranjak dari taruna ke dewasa ini. Pukulan stroke Ana yang kurang matang juga mudah dipatahkan oleh Sayaka untuk menyamakan angka di titik 17 dan berbalik unggul 18-17. Tak terbendung, Sayaka memastikan tiket final dengan kemenangan 21-17. “Saya terlalu terburu-buru ingin mematikan lawan di akhir set”, papar Ana saat ditemui di jumpa pers.
Sang pelatih, Rusmanto Djoko ikut mengamini bahwa kegagalan anak asuhnya kali ini lebih disebabkan karena kurangnya jam terbang Ana di turnamen internasional dan turnamen inilah menjadi super series pertamanya. “Target awalnya cuma lolos dari kualifikasi” papar Rusmanto. Ana menembus babak 4 besar setelah melibas nama besar peraih perunggu Olimpiade Beijing 2008, Maria Kristin Yulianti. “Ana memiliki semangat juang yang cukup tinggi, namun kurang dari sisi power dan pengalaman” lanjut Rusmanto. Ana sendiri mengaku akan lebih termotivasi dengan hasil ini dan lebih mau bermain ngotot di pertandingan selanjutnya.
Usai perhelatan Indonesia Open, Rusmanto akan mengasah kemampuan anak didiknya ini di turnamen Singapore International Series (21-24 Juli) dan Indonesia International Challenge (27-31 Juli) sebagai barometer Ana di turnamen bergengsi international. Saat ditanya perihal tawaran masuk Pelatnas yang mungkin akan diterimanya Ana lebih memilih untuk melanjutkan karirnya di bawah klub Djarum. “Di Djarum aja” kata Ana sembari tersenyum.
Di partai semifinal lainnya, sang juara bertahan Saina Nehwal (1) tanpa kesulitan menekuk putri Jepang lainnya, Eriko Hirose. Saina yang tampil mendominasi sejak awal set mampu mendikte permainan Eriko dengan lob-lob serang dan smash-smash tajamnya. Hanya dalam tempo kurang dari 27 menit, Nehwal meangkhiri perlawanan Hirose, 21-9, 21-10. Usai pertandingan Eriko mengaku hari ini bermain tidak dalam kondisi terbaiknya. “Beberapa pukulan Eriko banyak yang eror dan mati sendiri karena sedang tidak dalam permainan terbaiknya, beberapa waktu yang lalu Eriko juga mengalami cedea kaki” papar sang pelatih.
Di sektor tunggal putra, harapan untuk menyajikan partai final sesama Indonesia tak mampu terealisasi setelah Sony Dwi Kuncoro (7) tidak mampu meredam permainan pebulutangkis terbaik dunia, Lee Choong Wei (1) 13-21, 9-21. Namun kekecewaan atas penampilan wakil Istora terobati dengan kemenangan Taufik Hidayat (2) atas jagoan Vietnam, Nguyen Tien Minh (3) 21-17, 21-12. Meskipun Taufik pada 4 pertemuan terakhir selalu kandas di tangan Choong Wei, namun Taufik berjanji akan memberikan yang terbaik untuk merah putih di pertandingan final nanti.
Sementara itu, duel ganda putra dan putri akan mempertemukan dwi negara Korea dan Taiwan. Setelah masing-masing mengoleksi satu gelar di turnamen Singapore Open SS pekan lalu, keduanya kali ini akan saling berjibaku untuk memperebutkan dua gelar yang tersisa. Kim Min Jung/Lee Hyo Jung (5) yang belum kehilangan satu setpun selama turnamen ini akan bertemu rival idealnya, Chien Yu Chin/Cheng Wen Hsing (4). Duet Kim/Lee menghempas unggulan teratas, Satoko/Miyuki, 21-16, 21-18 sedangkan Chien/Cheng menumbangkan gado-gado Indonesia-Thailand, Vita/Saralee, 21-15, 21-15. Sementara itu pembunuh raksasa, Fang Chieh Ming/Lee Sheng Mu yang sempat ketar ketir setelah melewati partai alot melawan Inggris, Anthony Clark/Nathan Robertson 15-21, 21-9, 22-20 akan menguji kesolidan ganda Korea, Cho Gun Woo/Kwon Yi Goo yang mengganjal duo Jepang, Hirokatsu/Noriyasu (6) 19-21, 21-12, 21-14 (FEY).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H