Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menampilkan pertunjukan teater Janaloka di Gedung Audiotorium FIP UMJ, yang diselenggarakan pada hari Kamis (05/01/ 2023) siang. Teater ini digelar dengan tema "Memperkaya Khazanah Sastra dengan Melakoni Ekspresi Jiwa". Pementasan sukses digelar pada Januari 2023 di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Selain sebagai pemenuhan nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pagelaran Sastra, namun pertunjukan ini juga untuk mengekspresikan nilai-nilai realitas kehidupan yang terkandung dalam naskah dramanya.
Pementasan teater merupakan salah satu cabang kesenian yaitu pertunjukan seni peran. Teater menyajikan cerita-cerita yang di ambil dari kehidupan nyata, biasanya mengandung pesan moral yang tersirat. Pertunjukan teater dipentaskan diatas panggung dengan intensitas cahaya hanya menerangi panggung pementasan. Secara khusus teater sering mengacu pada kegiatan atau aktivitas dalam menampilkan pertunjukan. Teater diilustrasikan melalui gerakan fisik untuk mendeskripsikan relitas kehidupan nyata.
Aktor atau pemain dari pementasan teater ini merupakan mahasiswa FIP Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UMJ. Pada Kamis (05/01/2023) tiket teater Janaloka yang dibuka untuk mahasiswa UMJ dan masyarakat umum ini menampilkan 3 judul naskah drama sekaligus, yaitu judul pertama "Pada Suatu Hari" Karya Arifin C. Noor yang di sutradarai oleh Nur Aini, judul kedua "Perempuan dan Ilusi" karya Adhyra Pratama Irianto yang di sutradarai oleh Irma Dwi Arianti, dan judul ketiga "Pelukis dan Wanita" karya Adhyra Pratama Irianto yang di sutradarai oleh Ira Atikah Suci.
"Naskah Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noor ini bergenre keluarga yang menceritakan tentang kecemburuan seorang wanita tua kepada janda bernama Nyonnya Wenas. Tokoh-tokohnya, yaitu Nenek, Kakek, Janda, Novia, Nita, Nur, Inem, dan Meli." ujar Aini. Akibat kecemburuan itu, mengakibatkan perceraian yang berujung pengorbanan tokoh-tokoh di dalamnya. Ada pula  Tentunya manusia sering kali bersinggungan dengan banyak hal, namun semua bisa diatasi jika manusia paham cara menyikapinya. Kunci dari segalanya adalah diri kita sendiri.
Kecemburuan yang bahkan belum diketahui kebenarannya, dan dalam penyelesainnyanya manusia sering kali lepas kendali dan hanya saling menjelekan-jelekan pasangan. Bukan hanya untuk yang sudah menikah saja, namun yang belum menikah pun juga bisa menjadikan kisah ini sebagai modal untuk lebih berhati-hati dan menyiapkan diri dalam sebuah pernikahan. Jadikan setiap moment terasa manis dengan pasangan, cemburu adalah hal sepele yang bisa dibesarkan. Namun bagaimana cara kita menyikapinnya, agar kata-kata perceraian tidak keluar dari lisan kita.
Judul naskah drama kedua yaitu Perempuan dan Ilusinya karya Adhyra Pratama Irianto. Teks drama yang bergaya absurd. Dari judulnya saja sudah dapat diketahui, bahwa ada seorang wanita yang kesepian dan memiliki ilusinya sendiri. Ada pula tokoh-tokohnya, yaitu Aini, Anak Khayalan dan Bayangan Antagonis. Naskah drama ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Aini yang memiliki penyakit kanker otak stadium akhir. Di hari terakhir menjelang kematiannya, Aini berilusi memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Namun ditengah ilusinya yang indah itu, datang juga ilusi jahat yang merusak semuanya, yaitu Bayangan Antagonis.
Jika dilihat kembali, bayangan antagonislah yang membawa kebenaran, karena ia muncul untuk mengingatkan Aini, bahwa semua ini hanya ilusinya saja. Namun, pada naskah dramanya, Bayangan Antagonis digambarkan sebagai sosok yang jahat dan mengganggu. Lakon naskah drama ini juga menggambarkan penyakit mental Skizofrenia, bisa dilihat dari prilaku dari tokoh Aini yang berubah-ubah karena ilusi yang bermunculan dalam pikiranya 2 hal yang berbeda. Cerita yang sangat menarik, karena dari naskah drama ini, penonton dapat melihat kilasan kondisi seorang penyakit kanker otak stadium akhir dan penyakit mental Skizofrenia.
Selanjutnya naskah ketiga yaitu Pelukis dan Wanita karya Adhyra Pratama Irianto. "Teks lakon ini bergaya absurd yang mengangkat tema 'ketidakbermaknaan hidup manusia'. Pelukis dan Wanita merupakan naskah drama yang tidak ada penyelesaian dan terus mengalami pengulangan, seperti babak pertama sama dengan peristiwa babak kedua, dan sama juga dengan peristiwa babak ketiga. Nah, ketika seorang terus menunggu, yang terjadi itu pasti rasa bosan dan kekecewaan yang menimbulkan kebencian." ujar Ira sebagai sutradara.
Tokoh ‘Wanita’ hadir dan menjadi gambaran seseorang yang takut akan takdir, takut berharap, dan takut bermimpi. Sedangkan ‘Pelukis dan Asisten’ menjelma sebagai gambaran pemberi harapan. Naskah drama yang terus berulang "Pelukis dan Wanita" tidak menyajikan benar dan salah, setiap tokoh hadir dan membawa kebenarannya masing-masing. Mengisahkan sebuah dunia yang terpecah-belah dan hancurnya sebuah harapan. Sehingga dengan membaca atau menonton teater "Pelukis dan Wanita" adalah cara memahami realitas kehidupan yang absurd.
Wanita adalah makhluk yang unik dan sulit ditebak. Begitupula keunikan Teater Janaloka yang membawa tema Wanita di semua judul pementasannya. Mulai dari Wanita yang cemburu, Wanita yang kesepian, dan Wanita yang terombang-ambing. Teater Janaloka sukses dan dapat menghibur penonton, karena di dalam lakon dramanya diselipkan unsur komedi yang mampu menggelitik para penonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H