Online Sistem Berkah Atau Bencana?

Desember 2017 kreta api dr stasiun Sudirman baru ke bandara Soetta akan beroprasi dgn waktu tempuh 46 menit (insha Alloh).  Bukan suatu trobosan baru.  Mengingat Kuala Namu -Medan sudah lama beroprasi.  Biaya tiket juga sama kemungkinan 100.000 rupiah.  Masih mahal,  tapi untuk pengembalian investasi yg jumlahnya fantastik nilai sebesar itu yg paling realistis.  

Nantinya, pengguna kreta bandara tidak menggunakan lagi tiket. Tidak ada loket.  Dan hanya ada transaksi dgn mesin di stasiunnya. Pengguna kreta api bandara adalah orang yg harus gadget minded dan bank minded.  Karena transaksi dilakukan secara online. 

Kreta online, toll pun sdh e - toll.  Lalu kita sdh sangat terbiasa dgn bertransaksi online. Membeli apapun, dr pecel sampai gadget terbaru.  Bahkan di pusat atm tertentu,  di sebuah bank yg sdh besar namanya kita bisa memprint buku tabungan tanpa bertemu teller atau customer service.  Kalau menyetor uang di atm  itu sdh lama ada.  Tapi memprint transaksi masih jarang ada. 

E-commerce, online system sesungguhnya memberi kita banyak kemudahan hidup.  Kita tdk perlu antri panjang di bank. Atau terjebak macet untuk pergi ke suatu mall guna membeli keperluan kita.  Begitu banyak aplikasi berbelanja yg bisa kita unduh dgn mudahnya.  

Bahkan di negara tetangga kita,  tdk kita temui polisi di pinggir jalan.  Karena semua di awasi dgn cctv dan surat tilang di kirim ke rumah jika kita melakukan pelanggaran lalu lintas.  Cara ini sangat efektif. Karena saya tdk melihat pengguna jalan yg berhenti seenaknya atau melanggar lampu merah. Semua tertib walau tanpa pengawasan polisi.  

Kita akan ada di era di mana kita tdk akan bertemu dgn petugas toll yg melayani tiket toll.  Di perbankkan sendiri kita lbh suka setor tunai via mesin atm dibanding hrs bertemu teller dan kertas formulir yg menyebalkan yg mengharuskan kita mengisi data. Sampai ditanya untuk apa uang diambil atau sumber dananya dari mana.  Kepo deh!  Mesin tdk bawel.  Asal uang yg kita setorkan rapi tersusun.  Mungkin tdk lama lagi,  para bankir adalah sumber daya yg pelan pelan digantikan oleh tekhnologi di era digital ini.  Apa kita butuh customer service yg kalo kita tanya kadang kurang informatif.  Kita cukup klik website bank tersebut. Semua data yg kita butuhkan tersedia dan sangat informatif. Teller perbankkan next... Buat apa kalau ada mesin atm yg bisa menerima uang kita tanpa hrs mengisi data. Kelak,  perbankkan mungkin akan lebih kecil lagi ruangnya yg hanya diisi oleh mesin2 atm saja. Mungkin hanya dibutuhkan security krn peranan pengamanan tdk bisa di gantikan oleh mesin. Entah kalau robot sdh hadir di negara kita. 

Mungkin banyak peran yg bisa di gantikan dgn tekhnologi. Kita sdh teramat biasa bertransaksi dgn online.  Pelan2 pasar konvensional di tinggalkan.  Kita sdh mulai jarang memegang uang tunai.  Bahkan untuk abang gojek yg mengantar kita kita membayarkan secara online.  Lewat go pay.  Cukup bilang terima kasih.  Lalu jika berbaik hati memberikan tips kita tinggal klik di aplikasi gojek dgn nominal yg tersedia. 

Untuk transaksi per pajakkan pun sdh di buka dgn online.  Sejujurnya kita lbh suka dgn pengisian online.  Drpada berhadap dgn petugas pajak yg kadang lbh puas memberikan info dgn muka antagonis.  Tdk semua sih. Tapi saya pernah mengalami.  Mungkin kelak ada diera yg kita sama sekali tdk harus datang ke kantor pajak.  Cukup klik dan klik.  Beres. Apa kelak petugas pajaj masih dibutuhkan sebegitu banyaknya kalo kita lebih suka melaporkan secara online? 

Dulu jika ingin berpergian kita hrs ke travel agent.  Skrg mungkin banyak travel agent yg harus menelan pil pahit dgn adanya aplikasi membeli tiket pesawat secara online.  Lebih murah dan tinggal klik.  Transaksi lagi2 tak butuh uang tunaim cukup transfer via atm atau m-banking.  

Pegawai bank, Pegawai pajak,   petugas toll,  ojek pangkalan,  travel agent,  pedagang konvensional,  adalah barisan pertama yg terkena imbas dari transaksi online.  E-commerce....entah apalagi istilahnya. Bersiaplah akan semua kemungkinan terburuk.  

Saya bukan ekonom,  saya cuma masyarakat awam yg mencoba menganalisa secara awam.  Apakah semua transaksi digital ini buruk?  Bukankah bisa menekan angka korupsi karena semua tercatat transaksinya secara online dan bisa terendus oleh badan PPATK.  Jadi mungkin susah korupsi. Hmmmm....