Sampai di desa tumpang kami diberikan pengarahan oleh beberapa petugas taman nasional Bromo. Di hari pertama ini kami akan melalui 4 pos. Ketika pengarahan, perizinan selesai dan semua dirasa OK, mulai dari desa inilah kami melangkahkan kaki menuju pos 1. Jalan baru dimulai dan semua tampak bersemangat, jalurnya adalah jalan setapak yang relatif landai. Meskipun siang itu terik tapi kami tidak merasa kepanasan karena jalan setapak tersebut dipenuhi pohon-pohon rindang.
Sampai di pos I kami beristirahat memulihkan tenaga tapi tidak mau berlama-lama karena perjalanan masih panjang. Pos II letaknya tidak jauh dari pos I, di pos ini kami kembali beristirahat. Dari pos II menuju pos III memakan waktu lebih kurang 1,5 jam dan kami pun memutuskan untuk kembali beristirahat. Di setiap pos pemberhentian ini selain istirahat kami juga dapat mengisi perut karena beberapa penduduk setempat ada yang berjualan di pos pemberhentian tersebut. Gorengan dapat mengganjal perut yang lapar, Buah semangka dapat menyegarkan dahaga, dan Kopi dapat mengusir kantuk di bawah rindangnya pepohonan. Semakin jauh melangkah suhu udara semakin turun, Dinginnya suhu udara membuat buah semangka dingin & segar layaknya baru keluar dari mesin pendingin.
Pos III adalah tanjakan pertama yang kami lalui, tanjakannnya pendek tapi cukup membuat pegal kaki dan paha. Langit sudah gelap, hand lamp sudah menyala dan kami memilih berjalan cepat dari pos III menuju pos IV. Melewati pos IV dalam gelap kami disuguhi pemandangan ranu kumbolo beratapkan bintang-bintang, disekitaran danau sudah banyak saja tenda-tenda warna warni yang didirikan.
Suhu udara semakin turun dan suhu di ranu kumbolo ini dapat dikatakan keterlaluan dinginnya, sesampai di ranu kumbolo kami bersegera mendirikan tenda. Ranu Kumbolo adalah surganya mahameru. Air danaunya jernih dan tenang, bahkan ikan yang berenang pun kelihatan dari permukaan. Air danau ini dijadikan sumber air bersih bagi para pendaki. Semua pendaki tampak sepakat untuk tidak mencemari airnya dan air ini dapat diminum langsung tanpa perlu dimasak terlebih dahulu.
dan yang paling terkenal dari danau ini adalah hunting foto saat sunrise. Di pagi hari diantara sela-sela bukit matahari pagi muncul dengan sinarnya. Sinarnya memantulkan cahaya di air danau yang tenang dan pantas saja danau ini disebut surganya Semeru.
Dari Cemoro kandang sampailah kami di Kalimati, Kalimati ini tidak seseram namanya. Dari sini kita dapat dengan leluasa melihat pemandangan Mahameru. Di kalimati ini juga banyak tumbuh ilalang dan eidelweis. Kalimati adalah spot terakhir bagi kami dimana carrier dan semua barang ditinggal di tenda saat akan summit ke Mahameru dan diketinggian 2700 mdpl ini kami mendirikan tenda dan beristirahat memulihkan tenaga.
Arcopodo adalah batas vegetasi terakhir dimana kita bisa berjalan disekitar tumbuh-tumbuhan. Lewat dari batas vegetasi kita hanya akan melihat pasir & bebatuan. Selain medan yang berat yang terberat saat mendaki di gunung ini adalah menahan kantuk karena saat muncak itu anginnya sangat sepoi sepoi. Mata dan telinga pun harus berjaga-jaga dari suara pendaki lain yang meneriaki apabila ada batu yang terjatuh. Belum sampai ke Puncak saja apabila menoleh ke belakang kamu akan terkagum-kagum dibuatnya.
Track berpasir berkelikil berbatuan itu seperti tak habis-habisnya untuk didaki. Dari ufuk timur matahari pagi muncul dengan sinarnya, saat itu kami belum sampai di puncak mahameru tapi saya dan teman-teman sangat bersyukur sekali bisa menikmati sunrise di atas awan.