Mohon tunggu...
Ira Pranoto
Ira Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menebar kebaikan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pilihan

28 Mei 2020   05:02 Diperbarui: 28 Mei 2020   05:19 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah masa, salah satu makhluk ciptaan-Nya. Banyak sudah peristiwa yang kusaksikan, dari ketika pertama kali manusia diciptakan sampai saat ini.

Aku menjadi saksi dari berbagai macam tingkah manusia, bermacam tipe manusia juga bermacam cara manusia mempertahankan eksistensinya.

Baiklah, aku akan ceritakan pada kalian kisah seseorang. Kisah yang aku saksikan saat Sang Pencipta mengutus Rasul terakhir. Pada awal-awal beliau diutus dan melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Siang itu di rumah Al-Arqom sedang dilakukan pertemuan. Sang Rasul Terakhir sedang mengajarkan apa yang beliau dapatkan dari Sang Pencipta.Salah satu diantara yang mendengarkan penuturan Sang Rasul, terlihat seorang pemuda tampan dengan pakaian mewah.Dia, pemuda yang selalu menjadi buah bibir dan idola para gadis. Hidup di keluarga terhormat, kaya raya dan memanjakannya. Segala kebutuhan dan keinginannya selalu diluluskan oleh orangtuanya. Menjadi kesayangan Sang Bunda yang sangat dia hormati.

Mendengar penuturan Sang Rasul Agung, cahaya iman menerangi hati. Tunduk taat dia pada apa yang disampaikan. Diam-diam melaksanakan perintah Sang Pencipta seperti yang dilakukan oleh para sahabat lainnya.

Namun, sepandai-pandai menyembunyikan sesuatu akhirnya ketahuan. Seseorang yang mengetahui kegiatannya, melaporkan pada Sang Bunda. Amarah tak terbendung meluap di hati Bunda. Putra tercinta yang jadi kebanggaan telah menorehkan arang di muka. Hukuman pun dijatuhkan untuk menghalangi keyakinan yang baru tumbuh di hati Sang Putra.

Hukuman kurungan tak menggoyahkan keyakinannya. Dengan tipu muslihat, dia berhasil bebas dari kurungan lantas menyusul saudara seiman yang hijrah ke Habasyah. Tak diperolehnya lagi subsidi dari orangtuanya sampai akhirnya kembali lagi ke Makkah.

Sang Bunda yang putus asa berniat mengurungnya lagi, tapi dia mengancam akan membunuh orang-orang suruhan Bunda. Karena kebulatan tekadnya membuat Sang Bunda menyerah dan mengusirnya.

"Pergilah ke mana kau suka! Sekarang aku bukan ibumu."

"Ibu, tolong dengarkan aku! Aku sayang pada Ibu. Bersaksilah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

"Demi bintang! Sekali-kali aku tak akan mengikutimu. Sekarang pergilah kau dari rumah ini. Jangan harap kau akan menerima fasilitas apa pun dariku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun