Kulihat wajah teduh dengan senyum yang menenangkan hati. Ya, paman yang ada di depanku ini adalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam.
"Benarkah ya Rasulullah?" tanyaku ragu.
Beliau mengangguk masih dengan senyumnya yang menenangkan itu.
"Tentu aku mau ya Rasulullah."
Kanjeng Nabi lantas membawaku pulang ke rumahnya. Diberinya aku pakaian terbaik, diberi wangi-wangian dan dipersilakan makan sampai kenyang.
Dengan wajah ceria aku keluar untuk bermain dengan anak-anak lainnya. Mereka heran melihat kegembiraan di wajahku.
"Tadi kamu menangis. Kenapa sekarang kamu sangat gembira?" Salah satu dari mereka bertanya.
"Tentu saja aku gembira, tadinya aku lapar, tapi sekarang tidak. Aku sudah kenyang. Tadi pakaianku jelek dan tambalan, sekarang aku memakai baju bagus. Dulu aku yatim, tapi sekarang aku punya keluarga. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam adalah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah adalah saudariku."
"Wah senangnya, seandainya ayahku juga gugur pada peperangan itu, pasti aku juga diangkat anak oleh Rasulullah."
***
Ya Nabi salam alaika, ya Rasul salam alaika, ya Habib salam alaika, solawatullah alaika. Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala alihi Muhammad. Aku menanti syafaatmu kelak di Yaumul Hisab.