Jauh sebelum era internet seperti sekarang yang bikin siapa aja bisa eksis dengan mudah ke jagat dunia, Indonesia (dulu Hindia Belanda) sudah punya sosok "seleb dunia", yaitu Raden Saleh seorang Pelukis keturunan Arab- Jawa, yang pernah tinggal selama 20 tahun di Eropa (Belanda,Jerman , dan Prancis) yang karya karya lukisannya dikenal di daratan Eropa.
Lukisan Raden Saleh banyak dikagumi oleh para Gubernur Jendral di Hindia Belanda, Keluarga Raja Raja di Eropa, hingga kalangan aristokrat Eropa, dan membuat Raden Saleh dihargai sangat mahal dan membuat Raden Saleh bisa bergelimang harta. Bahkan hingga saat ini pun lukisan lukisan karya Raden Saleh terus diburu oleh para kolektor seni dunia.
Sepulang dari Eropa, Raden Saleh membeli sebidang tanah maha luas di Cikini dan membangun rumah sangat megah yang menyerupai kastil. Rumah kastil ini dibangun menyerupai Istana Callenberg di Jerman, dimana ia dulu pernah tinggal. Saat jaman penjajahan Belanda, gak sembarangan orang bisa membangun rumah semegah seperti yang dimiliki Raden Saleh. Tanah yang mengelilingi bangunan rumah kastil Raden Saleh pun sedemikian luas, hingga ke area yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jl. Cikini Raya. Di area itulah, RadenSaleh membangun kebun binatang mini yang nantinya menjadi cikal bakal dari Kebon Binatang Ragunan saat ini.
*penampakan bekas Rumah Kastil Raden Saleh kini*
Siapakah sebenarnya Raden Saleh dan bagaimanakah ia sampai bisa melanglang ke benua Eropa dan bergaul dengan kalangan elit dan aristokrat Eropa? Raden Saleh Sjarif Boestaman (Lahir 1811, meninggal 23 April 1880) adalah pelukis beretnis Jawa- Arab yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis. Beberapa hasil lukisan Raden Saleh yang fenomenal adalah "Penangkapan Diponegoro", "Berburu Singa", dan berbagai lukisan potret Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di Sekolah Rakyat (Volks-School) di Batavia. Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Berkat kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, yang mengetahui bakat melukis Raden Saleh, ia diarahkan untuk berguru seni lukis kepada AAJ Payen, seorang Pelukis asal Belgia yang saat itu bekerja sebagai Pelukis resmi untuk pemerintah Hindia Belanda di Jawa. AAJ Payen pun mengajak Raden Saleh berkeliling Pulau Jawa untuk mencari obyek obyek lukisan yang menarik. Terkesan dengan bakat anak didiknya yang luar biasa, Payen pun mereferensikan Raden Saleh kepada Gubernur Jendral Van der Capellen untuk mendapatkan beasiswa ke Belanda untuk mendalami seni lukis.
Di Belanda, Raden Saleh banyak berguru dengan Krusseman, pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. Raden Saleh pun makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam . Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat. Setelah masa pendidikannya selesai, Raden Saleh mengajukan perpanjangan tinggal karena ingin lebih mendalami banyak teknik seni lukis, yang disetujui Pemerintah Belanda, dengan syarat biaya beasiswa pendidikannya dihentikan.