Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

A Tribute to My Mom | Ceritaku tentang Guru Terbaik dalam Memaknai Toleransi dan Cinta Kasih Tanpa Sekat

4 Maret 2020   19:52 Diperbarui: 5 Maret 2020   03:24 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu saya juga merasa prihatin dengan menguatnya fenomena ekslusivitas keagamaan di sekitar saya. Apalagi ketika membaca sebuah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa Jakarta termasuk satu dari 10 kota yang paling tidak toleran di Indonesia.,  yang membuat saya begitu terusik dan ingin berbuat sesuatu untuk warga Jakarta. Tapi lalu saya berfikir, apa yang bisa saya lakukan ??

Sebagai seorang Pemandu Wisata/ Tourist Guide yang terbiasa mengunjungi berbagai rumah ibadah karena tuntutan pekerjaan. , maka di awal tahun 2017  saya lalu berinisiatif membuat suatu kegiatan kunjungan Tur yang dinamakan Wisata Bhineka (wisata ke berbagai rumah ibadah) yang bertujuan utk membangun Toleransi dan menambah wawasan tentang kebhinekaan indonesia.  Kegiatan Wisata Bhineka ini menjadi agenda rutin yang dikoordinir oleh komunitas Wisata Kreatif Jakarta. 

 Dari mengadakan Wisata Bhineka secara rutin ini, saya mengamati bahwa begitu banyak orang yang seumur hidupnya belum pernah mengunjungi rumah ibadah agama lain, atau banyak orang yang punya persepsi negative terhadap penganut agama lain karena memang mereka tidak punya teman baik dari agama yang berbeda. Apalagi skr banyak org tua yg menyekolahkan anakmya di sekolah dengan basis keagamaan yg ekslusif sejak TK hingga SMA,  sehingga seorang anak tumbuh hingga besar di lingkungan yang seragam saja.

Berangkat dari Wisata Bhineka, ada keinginan kuat untuk membuat suatu kegiatan lebih besar lagi yang memberikan ruang ruang dan kesempatan untuk berbagai penganut agama dan keyakinan utk saling mengenal lebih baik, melalui pendekatan yang menyenangkan.

Hal Itulah yang lalu  mendasari di awal tahun 2018  untuk menginisiasi Festival Kebhinekaan  dan membentuk yayasan Khairiyah Indonesia.  Khairiyah sendiri adalah nama belakang saya yang dalam bahasa Arab berarti Goodness/ Kebaikan.

Festival Kebhinekaan  sendiri bertujuan untuk Memperkuat Toleransi Lintas Agama melalui ragam kegiatan yang rileks seperti  Wisata Bhineka, Pemutaran Film, Pameran Seni, Diskusi Tentang Agama Agama dll, untuk meemberikan ruang dan kesempatan kepada berbagai penganut agama dan keyakinan untuk saling mengenal lebih baik.  Ada idiom,  tak kenal maka tak sayang.  Maka Festival Kebhinekaan ingin memberikan kesempatan kepada publik terutama generasi muda untuk mengenal lebih dekat saudara saudara setanah air yg berbeda iman/agama/keyakinan.

Saat ini Festival Kebhinekaan sudah berjalan  di tahun ke  tiga dan diadakan tiap bulan Februari, yang juga selalu identik dengan bulan cinta kasih dan juga bulan dimana ibuku pergi menghadap Sang Maha Cinta.

Dalam perjalanannya  yang singkat, di th 2018, Khairiyah Indonesia pernah mendapatkan kepercayaan berupa Grant / Hibah dari Indonesia Untuk Kemanusiaan, dengan mengkoordinir ratusan pelajar dan guru di Jakarta mengikuti Wisata Bhineka.  Waktu demi waktu semakin mengarahkan saya kepada bidang edukasi dan advokasi tentang isu isu Toleransi dan kebebasan beragama. Saya juga bersyukur  mendapatkan banyak kesempatan untuk bertemu beragam pemuka agama dari berbagai bangsa..

Jika ada yang bertanya ,  kenapa beberapa tahun belakangan saya mau bersusah susah menekuni kegiatan dalam bidang yang berhubungan dengan Lintas Keagamaan seperti ini, padahal profesi sehari hari saya adalah seorang Tourist Guide ?

Memang kalo dipikir pikir lagi,  dari dahulu tidak pernah sedikitpun terbersit di benak saya untuk bersinggungan dengan bidang kemanusiaan yg satu ini. Tapi jalan hidup memang sungguh misteri. Dan saya memaknai bidang yang saya lalukan ini sebagai "panggilan hidup" yang berkaitan erat dengan almarhum ibu saya.

Sebagian orang sungguh beruntung masih bisa memiliki Ibu kandung hingga usia menua.  Tapi tidak denganku. Almarhum ibu saya meninggal ketika saya berusia 23 tahun, saat saya baru akan di wisuda. Belum banyak hal yang bisa saya hadiahkan untuknya ketika ia masih hidup.  Belum banyak hal yang bisa saya lakukan untuk menyenangkan dirinya saat ia masih hidup.  Tapi saya pernah mendapatkan suatu nasihat, jika ingin membalas jasa orang tua yang sudah meninggal, lakukanlah hal hal yang ia senangi saat hidupnya. Dan yang saya tahu, ibu saya sangat  menghargai  keberagaman agama sepanjang hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun