Selama ini cuma sering melihat "sosok" Sultan Agung yg kharismatik di lukisan raksasa di Museum Fatahillah, Jakarta. Dalam lukisan karya Sudjojono itu digambarkan pertempuran puluhan ribu rakyat Mataram yg menyerbu benteng VOC di Batavia, dan di bagian ujung lukisan digambarkam sosok Sultan Agung sang Raja Mataram sedang duduk di singgasananya dg aura yg kharismatik dan magis.
Visualisasi di lukisan tersebut akhirnya "hidup" dalam wujud film , Sultan Agung (Tahta , Perjuang dan Cinta) karya Hanung Bramantyo ,sutradara yg dikenal apik dalam mengangkat biografi tokoh2 besar dari mulai Soekarno hingga Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
Dalam film yg berdurasi cukup panjang ini (2,5 jam) saya jadi tahu kisah hidup Sultan Agung (diperankan Ario Bayu) yg tanpa kompromi dg berani menghadapi bangsa asing yg menjajah nusantara.
Dalam serbuan ke benteng VOC Batavia, ada 14.000 rakyat Mataram ikut serta. Walaupun dalam pertempuran tsb, pihak Mataram kalah namun serbuan Mataram kpd VOC di Batavia, di kemudian hari menginspirasi byk kerajaan2 di nusantara utk berani melawan penjajah. Adegan serbuan puluhan ribu tentara Mataram ke benteng VOC terlihat spt sangat nyata di film ini.
Atas perannya dlm menyebarkan nilai Islam dg jalan damai, sang Raja mendapatkan gelar "Sultan" dari kerajaan Mekkah yg mengirimkan utusan langsung ke Mataram. Gelar "Sultan" ini kemudian dipakai oleh Raja Raja Mataram dan para keturunannya hingga kini.
Satu hal yg bikin salut adlh film ini diproduseri dan ditulis langsung oleh Moeryati Soedibyo bersama Ifan Adriansyah Ismail yg selama ini dikenal sebagai penulis skenario film handal.
Moeryati Soedibyo , yg selama ini kita kenal sbg pendiri kerajaan bisnis kosmetika Mustika Ratu. Dalam laman fb nya, Hanung Bramantyo pernah memposting betapa Ibu Moer yg kini berusia 90 tahun itu, mau terjun langsung ke lapangan , termasuk memantau proses editing film.
Ibu Moer yg merupakan keturunan keluarga ningrat Solo mungkin terpanggil utk menghasillan karya terbaik sbg penhargaan utk para leluhurnya. Sultan Agung jg sekaligus merupakan karya film perdana Moeryati Soedibyo, dan ini sungguh suatu hal yg menginspirasi kita semua, tidak ada kata telat utk memulai karya baru atau mengikuti Passion yg merupakan panggilan hati.
Bagi pecinta sejarah, film kolosal Sultan Agung ini merupakan film yang wajib ditonton. Dan pengalaman menonton film kolosal spt Sultan Agung ini di layar lebar bioskop dengan audio visual yang mendukung, tentulah sangat berbeda dibandingkan menonton film ini di tayangan TV.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H