Banyak statement yang bilang warga Jakarta kini harus move on dari Ahok Djarot dan bersatu untuk mendukung Gubernur baru.
Saya sih tidak sepenuhnya setuju dg konsep yg "mengharus haruskan" seperti itu..
Warga Jakarta pemilih Ahok Djarot sudah lama Move On dengan cara legowo menerima hasil Pilkada, walaupun pahit mengingat betapa sangat kentalnya sentimen SARA yg berusaha menjegal Ahok Djarot sepanjang Pilkada. Tapi kami move on dengan menerima kenyataan bahwa Ahok Djarot kalah dan tidak membuat keributan atau bikin demo berjilid jilid ke jalanan.
Tapi haruskah Move On dari nilai nilai (value) baik yang diwariskan Ahok -- Djarot seperti integritas tinggi, kejujuran, pemerintahan yg bersih dan transparan, adanya berbagai fasilitas dan pelayanan publik dengan kualitas tinggi, dan adanya perubahan luar biasa di Jakarta , yakin mau move on?
Saya yakin warga Jakarta ga akan mau move on dan melupakan segala nilai kebaikan yang diwariskan Ahok Djarot, dan inilah yang pasti akan terus dituntut dari pemimpin baru Jakarta. Warga Jakarta kini sudah punya standar sangat tinggi tentang bagaimana seharusnya pejabat publik melayani warganya
Kalau mengibaratkan layanan pemimpin dg layanan hotel nih, kita warga Jakarta kini udh biasa dpt layanan hotel kelas bintang lima, masa terus di downgrade jd dpt kualitas penginapan melati? yakin mau?
.
Lalu, saya juga tidak sepakat dengan ajakan keharusan seluruh warga untuk bersatu mendukung pemimpin baru.
Bagi saya, konsep "memberi dukungan" untuk para politisi dan pejabat publik hanya saya berikan setelah melihat prestasi dan hasil kerja nyata dalam melayani masyarakat. Bagi saya, memberi dukungan utk pejabat publik itu bukan keharusan,yang "ujug ujug" ada seperti tahu bulat yg digoreng dadakan, tp melalui proses krn si pejabat ybs telah menunjukkan hasil karya nyata.
Saat Jokowi naik jadi Gubernur pun, saya tidak memilih dan mendukungnya. Tapi setelah melihat sendiri hasil kerja nyatanya selama 2 tahun di Jakarta, saya jelas turun tangan memberi dukungan utk Jokowi saat nyapres. Begitupun saat Ahok jd Gubernur menggantikan Jokowi, respon saya biasa biasa saja. Sampai 3 tahun belakangan ini saya menyaksikan sendiri betapa hebatnya perubahan di Jakarta dg tingkat kepuasan warga mencapai 70 persen menurut hasil survey, ga ada keraguan sedikitpun bagi saya utk kembali mendukung Ahok Djarot di Pilkada .
Tapi kalau ada pemimpin yang belum kelihatan kerjanya, untuk apa harus didukung? Tentu saya menerima fakta bahwa Anies Sandi adalah pemimpin baru Jakarta, dan saya mendukung Jakarta untuk terus maju. Tapi untuk memberi dukungan kepada Anies Sandi ? Itu tidak bisa saya putuskan saat ini
.
Mungkin nanti, kalau saya benar benar melihat hasil kerja nyata Anies Sandi, minimal bisa menyamai atau bahkan melampaui apa yang ditunjukkan pemimpin sebelumnya , saya akan memberikan.dukungan penuh.
Saya teringat, saat membawa rombongan tur di Balaikota untuk rangkaian "Wisata Warisan Ahok dan naik ke Jakarta Smart City Center (JSC) , tempat Pemprov DKI mengawasi keluhan warga dengan fasilitas sangat canggih, setelah diberikan berbagai penjelasan oleh staf JSC , ada salah seorang peserta Tur bertanya :
"Mbak, bagaimana rasanya mau kedatangan pemimpin baru?"
Jawaban staf JSC itu sangat menarik buat saya , "Walaupun Bapak/Ibu tidak memilih Gubernur yang baru, tapi kita semua warga DKI harus terus mengawasi kebijakan dan pelayanan dari Pemprov DKI, karena Pak Ahok telah mewariskan pemerintahan yang bersih , transparan, dan mengutamakan pelayanan bagi warga Jakarta"