Beberapa waktu lalu saya terpilih mewakili Tourist Guide Indonesia untuk mengkuti program Japan-Asean Tourist Guide Exchange di Jepang, yang baru pertama kalinya diadakan, dan disponsori penuh oleh pemerintah Jepang.
1) Penyebutan yang benar untuk nama profesi
Penyebutan yang benar untuk profesi kita adlh Tourist Guide, bukan Tour Guide, dan ini juga telah diakui oleh Unesco. Penggunaan frase ' Tourist Guide' menunjukkan tanggung jawab dan kompetensi kita utk menghandle Tourist/Wisatawan, dan bukan semata menghandle Tour. Yang kita handle adalah manusianya, dimana ini butuh keahlian khusus. Keahlian seorang Tourist Guide dlm memberikan service kepada org lain, bisa disejajarkan dengan profesi lain yang juga berhubungan dengan client seperti Dokter, Psikolog dll. Jadi mulai skr, kalau mengenalkan diri kita jangan lagi Tour Guide, tapi Tourist Guide ya :)
2. Pentingnya tergabung di Asosiasi Tourist Guide
Keikutsertaan seorang Tourist Guide di dalam asosiasi Tourist Guide di wilayahnya masing masing adalah penting, selain untuk tempat silahturahmi/networking/bertukar wawasan sesama rekan profesi,seorang Tourist Guide yg tergabung di asosiasi jg bs memiliki tingkat 'trustworthy' yang lbh tinggi bagi pihak luar. Ini sama halnya para dokter spesialis yg tergabung di IDI (Ikatan Dokter Indonesia) bisa dibilang lebih dipercaya reputasinya daripada yang tidak tergabung, jadi kalo ada apa apa, Asosiasi bs ikut memback-up. Untuk saya sendiri, keikutsertaan saya di program pertukaran Tourist Guide kmrn, salah satunya juga karena saya anggota HPI DKI Jakarta. Karena salah satu persyaratan untuk aplikasinya adalah harus tergabung di asosiasi. Saat ini, saya juga sudah mendaftar di asosiasi Tourist Guide ASEAN (SEATGA)
Di negara negara Jepang dan Asean selain Indonesia, untuk mendapat pelatihan dan lisensi Tourist Guide tdk mudah dan tidak murah. Bahkan di Malaysia harus menghabiskan waktu pelatihan satu tahun dengan biaya belasan juta. Di negara lain biayanya bisa jutaan. Bahkan di Bali dan Jogja saja,utntuk mendapatkan lisensi Tour Guide harus bayar. Mungkin cuma di DKI saja yang bisa pelatihan gratis dan dalam waktu dua minggu saja udh bisa dapat lisensi. Jadi bersyukurlah kita dengan Pemda DKI yang telah mengalokasikan dana begitu besar untuk para Tourist Guide. Karena itu sebagai bentuk timbal balik, mari kita bantu Dinas Pariwisata untuk mensosialisasikan/mempromosikan program pelatihan Tourist Guide yg diadakan setiap tahun,supaya lebih banyak lagi org tau tentang pelatihan Tourist Guide... karena Dinas Pariwisata DKI website nya aja jarang di update :)
4. Pentingnya wawasang tentang ASEAN
Tahun 2017, adalah peringatan 50 tahun ASEAN, tapi gaung tentang masyarakat ASEAN belum terasa. Sebagai pendiri dan negara terbesar di ASEAN, kita sebagai Tourist Guide Indonesia setidaknya juga perlu punya wawasan atau pengetahuan tentang wisata di negara negara ASEAN, dan kalo bisa juga bantu mempromosikan wisata di negara tetangga, karena kita adalah bagian dari ASEAN community.
5. Perlunya spesialisasi keahlian yang dimiliki oleh seorang Tourist Guide